Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru (Juga) Wajib Belajar

28 Januari 2020   09:23 Diperbarui: 28 Januari 2020   09:33 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image source: medium.com

Ini catatan yang bertujuan mengkritik diri saya sendiri. Pembaca yang merasa berarti saya tidak sendiri. Sebelum membaca tulisan singkat ini, ada baiknya anda membuka pikiran anda. Terima apa adanya. Karena semua ini demi kebaikan kita bersama. 

Khususnya orang tua dan guru sekolah. Ini adalah pandangan pribadi saya dari kondisi sekitar lingkungan mengajar saya. Saat ini saya mengajar di Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Menjadi guru adalah pengalaman unik bagi saya. 

Sejak mengajar 2006 silam sampai saat ini. Sebelum itu saya pernah bekerja yang mana tidak jauh dari dunia pendidikan. Yaitu instruktur kursus komputer. Saat itu saya mengajar Microsoft Office Dasar. 

Hanya beberapa bulan. Setelah itu saya diajak salah seorang pengurus yayasan yang saya kenal karena sempat membantu beliau ngetik surat-surat organisasinya. Karena tahu saya pernah ngajar komputer. Maka sayalah yang diminta mengajar di Madrasah sekaligus pesantren sebagai guru TIK. Dan ketika itu baru berdiri Lembaga yang saya mengabdi sampai sekarang.      

Saat itu saya hanya berlatar pendidikan SMK. Saya sempat kursus komputer setara D1 di salah satu lembaga kursus di Ciledug. Di Madrasah atau saya sebut saja sekolah. Saya harus mengajar dengan sesuai silabus, sesuai kurikulum dari Diknas. Berbeda dengan mengajar kursus. Yang lebih menggunakan metode praktek langsung. 

Tadinya saya pikir sama seperti mengajar di lembaga kursus. Ternyata mengajar dalam lembaga formal itu berbeda. Ada metodenya, ada perangkat mengajar yang harus dilakukan guru seperti Silabus, rencana pembelajaran, program semester dan sederet istilah asing bagi saya. Disanalah saya harus belajar lebih banyak lagi. 

Untungnya rekan mengajar sesama guru ada yang dari bidang pendidikan. Saya jadi tahu apa itu micro teaching yang mana sangat penting dan harus dikuasai oleh guru. Belum lagi ada pedagogik yaitu strategi mengajar. Ini wajib dimiliki oleh guru. Semacam senjatanya kalau boleh dianalogikan.

Belajar memang tidak harus di lembaga formal. Namun dengan mendengar dan mempertimbangkan segala sesuatunya, akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar kuliah di salah satu kampus swasta di Tangerang Selatan. 

Atas saran guru-guru senior dan rekan-rekan guru akhirnya saya kuliah mengambil bidang komputer yaitu Teknik Informatika. Karena saya mengajar TIK. Tidak mudah memang saat itu menjadi mahasiswa. Dan belakangan saya menyadari betapa pentingnya belajar terlepas apakah itu secara mandiri atau formal di sebuah lembaga pendidikan. Setidaknya saya sudah pernah menulis satu buku. Skripsi hehe... setidaknya saya ini juga bisa dikatakan penulis buku.

Ternyata kuliah juga tidak mudah. Saya jadi tahu lebih banyak dan banyak hal baru bagi saya. Tadinya saya pikir belajar komputer itu hanya menggunakan aplikasi saja ternyata ada konsepnya. Saya belajar matematika kembali yang mana itu maple yang saya sangat lemah ketika sekolah dulu. Saya juga belajar ilmu wajibnya komputer. 

Yaitu algoritma dan pemrograman. Tambah mumet kepala. Belum lagi kalkulus, statistic, matematika diskrit, aljabar linier. OMG mau nangis rasanya saat itu. Padahal baru semester awal. Tugas demi tugas harus dikerjakan. Untungnya saya dikelilingi rekan seperjuangan yang hebat-hebat. Bahkan salah satunya sudah mengenal apa itu coding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun