Mohon tunggu...
Ashoff Murtadha
Ashoff Murtadha Mohon Tunggu... -

Penulis, edupreneur, penerjemah, motivator, owner ARAB MUDAH CENTER. Blog pribadi: www.ashoffmurtadha.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dukunglah Capres dengan Sederhana...!

21 Juni 2014   23:47 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:52 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masuk ke HP saya sebuah SMS dari nomor yang tidak saya kenal.
Di akhir sms itu berbunyi, "JANGAN PILIH ..... (seorang capres). SEBARKAN...!"

Ketika saya tanya siapa, ia menjawab, "Ana dari umat Islam yang mencintai agama Allah. Apabila antum cinta kepada agama Allah SWT, maka mohon sebarkan sms yang ana kirimkan, demi kejayaan Islam di NKRI."

Pengirim sms ini juga menyebut nama seorang tokoh dengan kata LAKNAT di akhir namanya.

Saya bilang, "Maaf saya tidak ikut-ikutan hal seperti ini. Tidak sehat..!"

Tentunya saya bukan satu-satunya yang mendapatkan SMS politik, baik berisi ajakan atau larangan berkaitan dengan dukungan kepada seorang calon A atau B.

Saya paham, kontestasi pilpres ini telah menumbuhkan semangat meluap-luap dari sebagian kalangan, terutama para pendukung calon. Sebagian malah memandang ini sebagai jihad politik, Selain banyak kalangan yang menganggap pilpres ini biasa-biasa saja, tetapi tidak sedikit pihak yang menjadi sangat fanatik karena mendukung seorang calon dan fanatik pula untuk anti kepada calon yang lain.

Parahnya, sikap fanatisme berlebihan ini hingga melucuti kendali emosi dan nalar sebagian mereka. Saking semangatnya, sejumlah pendukung merasa seolah diri merekalah yang paling benar, paling Islami, paling mengerti agama --sekalipun mereka mungkin belum pernah belajar tentang Muqaranah al-Adyan, Muqaranah al-Madzahib, Kalam, Filsafat, Ushul Fiqh, Ulumul Quran, Ulumul Hadits, dan ilmu-ilmu penting lainnya dalam memahami Islam.

Mereka melakukan sofistifikasi atas pilihan dukungannya dengan dalih-dalih agama, sambil menempatkan orang yang memilih pendapat yang berbeda sebagai yang tidak mengerti agama. Bahkan ada juga yang mengafirkan pihak Muslim lain, sambil menyebar-nyebarkan isu seolah si A adalah non Muslim --padahal Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa mengafirkan seorang Muslim maka ia kafir." Sebaiknya pihak-pihak yang terlibat dalam pengafiran itu berhati-hati dengan sabda Nabi ini, baik yang pertama kali mengatakannya, turut menyebarkannya, atau lainnya.

Ada juga pihak yang mengharamkan pilihan pada seorang calon. Sampai kemudian ada pihak yang berani mengeluarkan fatwa HARAM memilih calon presiden tertentu.

Dalil-dalil agama, berupa ayat dan hadits, dikeluarkan oleh para pendukung calon. Seakan-akan mereka paling mengerti tentang ayat dan hadits tersebut. Seolah-olah para pendukung calon berbeda itu tidak mengerti ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi tentang siyasah Islamiyah, politik Islam.

Jika pihak pendukung calon berbeda juga terpancing untuk menunjukkan ayat dan hadits, maka yang akan terjadi kemudian adalah Perang Ayat dan Hadits, hanya karena urusan dukung-dukungan politik. Dan jika ini terjadi, maka kondisi tersebut tidak ubahnya dengan zaman Orde Baru dulu saat jumlah partai hanya tiga. Ayat dan hadits menjadi permainan politik. Oleh mereka yang sedang gandrung dengan fanatisme-politik, ayat-ayat Allah dijadikan "tsamanan qaliilan", harga murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun