Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jakarta Butuh Seribu Ahok, Sepasang Anies-Sandi Mungkin Masih Kebanyakan?

18 November 2017   08:58 Diperbarui: 18 November 2017   09:53 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Ada seribu Ahok mungkin masih dirasakan kurang. Tetapi ada sepasang Anies-Sandi, barangkali masih patut dinyatakan "kebanyakan," oleh warga Jakarta.

Supaya warga Jakarta tidak terlalu capek mondar mandir mengikuti langkah Ahok yang hanya seorang tetapi serba cepat seperti berlari-lari. Warga Jakarta pasti bisa terurai dari seribu persoalan hidup yang menjeratnya secara bersama-sama sejak puluhan tahun silam.

Di Jakarta banyak orang model Ahok

Persoalannya apakah ada seribu Ahok di Jakarta?  Di Jakarta model Ahok jumlahnya ribuan.

Buktinya banyak orang yang lebih tua, yang orang seangkatannya dan juga banyak orang muda yang senang dengan sosok seorang Ahok. Mereka sangat antusias waktu diminta mengumpulkan sejuta katepe untuk Ahok.


Memang baru Ahok warga Jakarta yang baik yang mulai sempat tampil berbeda. Karena bisa tampil sebagai gubernur DKI Jakarta. Dan dia kesal melihat hampir sebagian besar pejabat pemerintah daerah seolah tidak berdaya dan tunduk "dikendalikan" para munafikun.

Ternyata pemimpin model dia sangat didambakan anak-anak muda---mahasiswa, warga Jakarta. Hal ini terlihat betapa bersemangat warga Jakarta di segala pelosok tempat mengumpulkan katepe untuk berjaga-jaga bila Ahok harus maju sebagai calon dari jalur independen dalam Pilkada DKI 2017.

Musuh Ahok ingin tampil seperti dirinya

Silahkan dibantah, bahwa orang munafik yang memusuhi Ahok pun sesungguhnya ingin dan iri dengan penampilan gaya seperti Si Ahok.

Buktinya banyak di antara mereka yang kemudian tampak tampil berbeda. Yang dulu selalu senyum-senyum ramah dan berwibawa layaknya politikus jempolan karena rekening di kantongnya sudah kegendutan. Kemudian di televisi mereka tiba-tiba menjadi garang seperti Ahok kalau bicara tentang kewenangan yang menyangkut "membagi-bagi" duit anggaran DKI.

Ahok tidak "terlalu" hebat

Ahok sebenarnya tidak terlalu hebat dengan pemikirannya. Semua yang dikerjakan sebenarnya bukan murni idenya. Melainkan ide-ide para pendahulunya yang belum dilaksanakan.

Ia hanya melaksanakan ide-ide yang sudah ada dan melanjutkan serta menyempurnakan pekerjaan-pekerjaan yang belum tuntas dari para pendahulunya.

Membersihkan sungai-sungai, mengurai kemacetan lalu lintas, menangani sampah, menggusur guna mengentaskan warga Jakarta dari rendaman banjir, reklamasi dan sebagainya bukan hanya tanggung jawab Ahok semata, melainkan tanggung jawab setiap gubernur yang ada. Tetapi harus diakui bahwa Ahok adalah yang berani memulai dengan tegas.

Keberanian Ahok tidak sama dengan keberanan Ali Sadikin

Dulu memang pernah ada Bang Ali gubernur DKI Jakarta yang tekenal berani dan tegas. Karena beliau memang seorang prajurit yang pemberani dan tegas.

Tetapi Ahok tampil sebagai gubernur DKI Jakarta yang berani dan tegas karena warga Jakarta dikuasai para munafikun yang dikendalikan para mafia yang "hebat."

Prestasi Ahok yang monumental

Patut dihargai dan dijadikan contoh yang baik adalah Ahok berhasil mengubah kawasan pekat Kalijodo menjadi RPTA yang menyatukan warga dalam kebersamaan yang sehat, gembira, harmonis dan akrab. Membuat Simpang Susun Semanggi yang tidak terpikirkan oleh para pendahulunya.

Dan yang sungguh sangat luar biasa adalah kebijakan melarang warga Jakarta mengendarai sepeda motor melintas di Jalan Thamrin. Yang mungkin sangat diperlukan untuk mulai menjadikan seluruh kawasan Jakarta Pusat, bahkan kalau mungkin seluruh Jakarta kelak sebagai kawasan yang sehat, nyaman dan menyenangkan untuk pejalan kaki, pemakai sepatu roda dan pemakai sepeda yang terbebas dari polusi asap dan bunyi bising lalu lalang sepeda motor.

Ada gejala Anies meniadakan hasil kerja "nonpri."

Pada pidato politiknya. Mungkin Anies mulai menampilkan diri sebagai dari kaum "pribumi." 

Dan segera suara Anies memperdengarkan. Paling tidak reklamasi pasti dihentikan. Larangan sepeda motor melintas di Jl. Thamrin akan dicabut. Lapangan Monas akan dibebaskan untuk kegiatan keagamaan. Dan kabarnya ada pembicaraan dengan warga mengenai peruntukan Kampung Akuarium.

Warga Jakarta tak usah mengurus datang ke Balai Kota. Segala urusan cukup di kelurahan. Ya seruan itu sangat bagus kalau saja seluruh lurah di Jakarta paling tidak sudah seperti Ahok.

Yang tidak diketahui warga Jakarta adalah menjelang Pilpres 2019 DKI Jakarta akan dibuat seperti apa oleh Anies-Sandi? 

Yang mungkin sudah pasti diketahui secara luas adalah Amien Rais sangat ingin menyingkirkan Presiden Jokowi pada Pilpres 2019.

Apakah Anies-Sandi akan ada di barisan orang-orang frustasi yang dibanggakan Amien Rais? Penulis berharap ada jawaban kepastian yang tegas. Agar semakin nyata siapa mereka yang sungguh-sungguh ingin bersama Presiden Jokowi membangun N.K.R.I. sebagai Indonesia Raya.

Demikian. Terimakasih kepada yang telah sempat membaca tulisan ini. Diiringi salam bahagia sejahtera bagi kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun