Mohon tunggu...
AVIORISH
AVIORISH Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Seorang pelaut, mantan santri dan mantan anak kecil yang cita-citanya menjadi astronot. Memiliki dua hal yang utama; 1. Tanggal lahir yang palsu 2. Memiliki minat terhadap astronomi dan filsafat. Bekerja sebagai Navigating Officer di kapal-kapal Ocean Going

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Tarekat dan Halusinasi

2 September 2020   06:38 Diperbarui: 2 September 2020   06:53 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter/@SufiComics

(Tulisan lama; tahun 2013)

Oleh : Asep Soheh Irpan, A.Md, ANT-III.

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menuduh suatu lembaga atau pun nama seseorang.Tulisan ini hanya ditujukan untuk menambah pengetahuan.

***
A. MAHABBAH WATTASLIM
Ada asumsi yang berkembang pada masyarakat di Tas******ya yang berujung pada sebuah penyerangan sebuah Pondok Pesantren; Asumsi yang perlu dikembangkan dengan bijak dan adil. Perlu organisasi yang kuat dan profesional untuk menelusuri, mencatat, mengumpulkan bukti, dan menyelesaikannya dengan hukum positif mau pun secara syari'at menyangkut tariqat yang benar, untuk mendukung atau menolak asumsi itu.

Mungkin pelusuran bisa saya lakukan melalui seorang Syaikh yang hidup 1200 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW.,yaitu Syekh Ahmad bin Idris al-Fasi al-Hasani. Para praktikus Tariqat Al-Idrisiyyah, atau di Malaysia dikenal dengan nama Tariqat Ahmadiyyah Al-Idrisiyyah, menisbatkan tariqat mereka kepada Syekh Ahmad bin Idris al-Fasi al-Hasani ( 1760 - 1837 M). Beliau sendiri adalah praktikus Tarekat Khidiriyyah. Ada tiga hal menarik dari Syaikh Ahmad bin Idris ini yang patut diduga buah dari halusinasi dalam sanadnya, yaitu:
1. Wirid Hizb Sayfi yang diajarkan kepada murid - muridnya
2. Tariqat syadziliyyah yang di-klaimnya
dan
3. Tarikat Khidiriyyah yang diikutinya.

Bagaimana tidak patut dicurigai; Pertama, Hizb Sayfi yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris dapatkan dari gurunya yang bernama Syekh Al-Mujaidiri yang mendapatkannya dari seorang "Raja Jin", yang menurut raja jin tersebut hizb itu berasal dari Sayyidina Ali Rahimahullahu wajhah. Ada nuansa mistis yang irrasional di mana seorang raja jin meriwayatkan sebuah hizb dari Ali Karomahullahu Wajhah, kemudian mengajarkannya pada sang guru dari Syekh Ahmad bin Idris.

Kedua,Syekh Ahmad bin Idris yang lahir 1200 tahun setelah Nabi SAW mengklaim mendapatkan seluruh awrad syadziliyyah langsung dari Rasulullah SAW melalui Nabi Khidir as. yaitu seorang nabi yang memiliki kisah yang erat dengan Nabi Musa as. 

Perlu diingat bahwa Tariqah Syadziliyyah itu sendiri didirikan oleh Asy-syazdili pada yahun 1200-an, yaitu 500 tahun sebelum lahirnya Ahmad bin Idris yang lantas mengklaim menerima awrad syadziliyyah langsung dari Nabi SAW melalui Nabi Khidir as. Menurut saya, siapa pun yang membaca kisah ini, akan mendapat kesan yang janggal apa pun alasannya.

Ketiga, Tarikat Khidiriyyah yang beliau ikuti ia dapatkan dari Syekh Abdul Wahab at-Tazi yang merupakan murid dari Syaikh Abdul Aziz az-Dabbagh yang menerima Tarekat dari Nabi Khidir as. Terlepas dari benar atau tidaknya Nabi Khidir as.mengajarkan tarikat Khidiriyyah hingga sampai kepada Ahmad bin Idris , kisah Nabi Khidir as dan Nabi Musa as sangat lekat dengan "Pendiri" Tarekat Al-Idrisiyyah tersebut.Patut diduga bahwa "Mahabbah watTaslim" diderivasi dari kisah Nabi Musa as dengan Nabi Khidir as.

Musa as pergi berkelana dengan muridnya Yusya' bin Nun demi menjalankan perintah Allah untuk menemui seorang guru yaitu nabi Khidir as. Dikisahkan bahwa Musa as disyaratkan untuk tidak bertanya apa pun mengenai tindakan apa yang diambil oleh Khidir as. Musa as pun berkata: "Engkau akan mendapatiku insya Allah sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan mendurhakai perintahmu". Kemudian Khidir as melakukan tiga tindakan yang extrim yaitu melubangi perahu milik orang lain yang telah menolongnya, membunuh anak yatim dan menegakkan benteng yang hampir roboh tanpa meminta upah.

Khidir as lah yang memerintahkan Musa as untuk tidak bertanya dan tidak mendurhakai perintahnya. Inilah yang disebut dengan "Mahabbah watTaslim" yang dipahami dan didogmakan oleh suatu Pondok Pesantren yang kini ramai diperbincangkan di Tas******ya; sebuah konsep ketaatan yang salah di mana mahabbah dan taslim ditujukan kepada seorang  guru/mursyid. Ini jelas menyimpang dari aqidah yang lurus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun