Terinspirasi oleh sistem reksadana, saya mengonversi modal investasi saya di saham ke dalam unit-unit. Seperti umumnya reksadana, saya pun mengawali unit di harga seribu rupiah. Saya mulai berinvestasi di saham dengan modal Rp 1.400.000 pada tgl 22 Desember 2011, lalu saya tambah Rp 500.000 seminggu kemudian. Total 1.900.000. Saya anggap itulah modal awal saya terhitung mulai Januari 2012. Dengan harga per unit 1.000, maka diperoleh sebanyak 1.900 unit.
Sekarang (saya menulis ini tgl 20 Februari), jumlah unit saya masih 1.900. Artinya saya belum pernah menyetor modal lagi. Tapi nilai per unitnya telah bertambah menjadi 1.166,0784. Artinya dalam sebulan setengah ini nilai unit saya naik sekitar 16,6%. Bukan hasil yang buruk dibanding rata-rata reksadana saat ini. Jika dikalikan jumlah unit (1.900), maka modal saya sekarang berarti sama dengan Rp 2.215.549. (Bertambah sekitar Rp 315.000).
Saya berencana menyetor modal akhir bulan ini sebesar Rp 500.000, hasil dari celengan saya selama dua bulan terakhir. Seharusnya lebih banyak, tapi ada dua pengeluaran tak terduga di bulan ini yang jumlahnya cukup besar, yaitu mengganti HP yang hilang dan membengkel motor yang rusak. (Sebenarnya saya tidak pede menyebut jumlah modal sendiri. Tapi saya hanya ingin menunjukkan kepada siapa saja yang berminat menjadi investor bahwa investasi saham tidak memerlukan dana besar. Di sini, saya pun ingin mengucap terima kasih kepada perusahaan pialang saya, Indo Premier Securities, karena mengizinkan saya menyetor modal kecil).
Uang 500 ribu ini akan saya tambahkan ke dalam modal dengan cara dibelikan unit pada harga terbaru. Jadi, jika harga unit sekarang 1.164,7369 maka jumlah unit yang bisa dibeli adalah 429,2815 unit. Dengan demikian, total unit saya nanti menjadi 2.329,2815 unit. (Mengikuti reksadana, selalu ada 4 angka di belakang koma).
Saya menyebut sistem ini Reksadana Pribadi. Investornya saya sendiri, manajer investasinya pun saya sendiri. Portofolionya 100% saham. Sangat agresif. Saya hanya membeli saham-saham berkategori syariah yang ada di Daftar Efek Syariah. Boleh dibilang, ini adalah reksadana dari jenis rupiah equity fund.
Mengapa saya harus repot-repot mengonversi modal menjadi unit? Karena cara ini memudahkan saya menghitung berapa persentase pertumbuhan investasi saya. Saya tinggal membandingkan harga unit terbaru dengan harga unit awal (1.000 rupiah), kali 100%. Selain itu, jika suatu saat ada teman yang tertarik berinvestasi saham melalui saya, mereka bisa membelinya pada harga unit terbaru. Jumlah unit yang mereka peroleh bisa dihitung, dan jumlah unit ini tetap sepanjang mereka tidak menambah setoran modal. Dengan begitu, kenaikan (atau penurunan) harga unit mereka bisa dihitung dengan lebih mudah tanpa harus tercampur dengan modal saya.
Untuk mengevaluasi perkembangan investasi, saya berencana membuat laporan setiap bulan dengan format seperti laporan reksadana. Di situ ada komposisi portofolio, total dana kelolaan, tanggal peluncuran, kinerja bulan dan tahun terakhir, grafik perkembangan, dan ulasan strategi.
Hmmh, saya menikmati aktivitas ini. Seperti Warren Buffet, saya ingin melihat uang saya tumbuh dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun. Kita lihat nanti, modal Rp 1.900.000 itu akan tumbuh menjadi sebesar apa. (Atau menyusut menjadi sekecil apa; ya, kemungkinan itu selalu ada). []