Aku kangen kamu, lho. Datang, ya, besok kita buka bersama.
Menjelang akhir ramadhan, ajakan buka bersama kian gencar datang. Didorong rasa rindu bertemu dan berkumpul bersama teman lama, ajakan buka bersama semakin sulit ditolak.
Ada perasaan tidak enak jika harus menolaknya. Bisa dikira telah melupakan persahabatan, memutuskan tali silaturahim, atau bisa juga dikira telah berubah jadi orang sombong. Mentang-mentang apalah gitu...
Acara utama buka bersama biasanya sebatas ngumpul, ngobrol, cerita masa lalu, gosip, dan makan minum bersama. Setelah itu, bubar deh.
Solat magribnya kapan? Ini yang jadi persoalan. Jarang sekali, orang mengagendakan acara berjamaah solat magrib. Setelah membatalkan saum, acara solat biasanya dilakukan sendiri-sendiri. Alasannya, keterbatasan tempat solat karena biasanya buka bersama dilakukan di hotel, rumah makan, atau kafe yang tidak menyediakan tempat untuk solat berjamaah.
Buka bersama dengan melalaikan solat magrib adalah perdoslan serius. Waktu dolat magrib itu kan pendek sekali, kurang dari sejam. Jika solatnya ditarik ke waktu isya, tentu tidak cukup alasan. Bukan alasan yang dapat diterima secara syar'i. Jika solatnya ditinggal, karena keasyikan makan minum dan ngobrol, ini jadi aneh. Saum tanpa solat. Gawat.
Makanya, melaksanakan solat magrib berjamaah sebaiknya jadi prioritas acaranya. Penting juga, memilah dan memilih pengundang acara buka bersama. Siapa yang ngundang akan menentukan ada atau tidaknya agenda solat magrib. Selain itu, pilihlah tempat yang memungkinkan dilakukan solat berjamaah. Pilihlah teman yang paling baik hapalannya dan paling fasih bacaannya. Tentu acara buka bersama akan meninggalkan kesan kebersamaan dan kesyahduan yang tak terlupakan.