Mohon tunggu...
Asep Dani
Asep Dani Mohon Tunggu... Guru - Writing, and editing

Tenaga Pendidik Pertanian di SMKN 1 Tanggeung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah untuk Ayah

26 Maret 2018   22:31 Diperbarui: 26 Maret 2018   22:59 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wajah keriput, uban pun mulai memenuhi seluruh rambutnya, hingga kesehatan hari demi hari semakin menurun.

Ketika melihat orang tua seperti itu ditelantarkan selalu terbayang sama Ayahku di rumah. Setiap harinya dia banting tulang demi menyekolahkanku agar menjadi orang sukses dan bisa berjejer dengan para orang kaya.

Sederhana, mungkin kata itu cukup untuk menggambarkan kehidupan keluarga yang sudah membesarkanku seperti ini. Walaupun makan dengan ikan asin yang dibeli dengan harga murah, sudah bisa mengisi perutku setiap hari.

"Ayah, boleh aku bantu beresin perabotannya?" tanyaku.

Ayah hanya menatapku dengan penuh kasih sayang, senyumannya seakan menghipnotisku dan mungkin aku tidak akan melupakannya.

"Emang tidak capek baru pulang sekolah, kan? Lebih baik istirahat sambil belajar agar bisa meraih cita-cita."

Aku hanya terdiam dan menundukkan kepala.

"Tapi,"

"Sudah, Ardi belajar saja! Biar Ayah yang membereskan perabotan ini," pintanya padaku

"Baik, Ardi akan belajar." Jawabku

Ayah kembali membereskan perabotan untuk besok berjualan, walaupun tidak banyak jumlahnya namun bisa cukup untuk membiayai aku sekolah dan makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun