Mohon tunggu...
Wurry Agus Parluten
Wurry Agus Parluten Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Ayah dan Suami.

Pernah menjadi Penulis Skenario, Pembuat Film Indie, Penulis (jadi-jadian), Pembaca, (semacam) Petani, (semacam) Satpam. Sekarang gemar dengan #tagar atau #hashtag guna mengisi sisa hidup.

Selanjutnya

Tutup

Diary

#35Busd

30 November 2022   03:19 Diperbarui: 30 November 2022   03:23 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi: Wajah Menua di Aplikasi


Rasanya ini bermula dari pertanyaan tentang, "mengapa hidup saya berujung seperti sekarang?". Atau bisa jadi, anomali ini mewakili pertanyaan dari beberapa pihak mengenai, "jika hebat, kok nggak seperti si ini - si itu?" (dsb).

Saya pun (berusaha) tak pernah merasa hebat dan sadar diri bahwa sejatinya saya bukan siapa-siapa. Untunglah ada saja yang mengingatkan bahwa saya "istimewa". Sehingga proses "berbagi / sharing" ini tetap berlanjut sesuai dengan kehendak semesta, arahnya mau kemana (sebut saja begini).

Lalu, siapakah saya? Jawaban paling sederhana ada di bio kompasiana ini. Sedangkan penjelasan kompleks, ada di "just luten blogspot".

Kompasiana ini ibarat mewakili keseharian yang menurut OTAK saya, tak sesuai dengan harapan. Namun jika dikembalikan ke HATI, apa yang saya alami di dalam hidup ini sih sudah sangat istimewa.

OTAK = Tak sesuai harapan;
HATI = Walau gimana pun, tetap perlu bersyukur.

Yang paling keren memang nasehat (bijak, tidak sotoy) dari anak-anak. Ini yang bikin saya heran. Ibarat pertanda bahwa diri ini sudah MERELAKAN masa depan menjadi milik kaum muda. Saya tidak mau terjebak dengan pola "senioritas" yang menjawab urusan tagar #35Busd dan #PostSuhartoEra aja malah gak beres-beres. Gak ada yang model begitu dalam kamus saya, kalo toh muncul, akan saya usahakan untuk tidak ke arah sana.

Puzzle-puzzle ini saya kumpulkan, saya cermati satu per-satu, lantas sampai pada kenyataan bahwa ini tidak 100% akurat. Bukan hal buruk juga, sih. Sebab semua sah-sah saja jika mau dibuat FIKSI model kayak novel "Forrest Gump" (1986) karya Winston Groom. Jadi bukan perihal benar dan salah, ini tuh kayak lagu Peterpan/NOAH yang berjudul, "Cobalah Mengerti".

Tapi di sisi lain, yang paling unik dari membentuk puzzle ini tuh kayak berdiskusi tentang film "Citizen Kane" tahun 1941, dimana saya plonga-plongo karena nggak ngerti maksudnya apa. Dengan kata lain, kian saya berusaha memahami puzzle demi puzzle,  semakin otak ini tak mengerti arahnya akan kemana.

Ya, paling tidak saya berusaha menghindari kisah fiksi dari Charles Foster Kane (CFK) yang malah bikin bingung, karena "open ending'. Kisah-kisah begini memang menarik dari sudut pandang plot, tapi tidak memuaskan hati sebab bukan "happily ever after" (HEA).

Saya tidak ingin menjadi seperti CFK. Saya ingin menjadi diri saya sendiri dalam suasana HEA, baik di fiksi maupun non-fiksi.
-----

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun