Mohon tunggu...
Wurry Agus Parluten
Wurry Agus Parluten Mohon Tunggu... Seorang Ayah dan Suami.

Pernah menjadi Penulis Skenario, Pembuat Film Indie, Penulis (jadi-jadian), Pembaca, (semacam) Petani, (semacam) Satpam. Sekarang gemar dengan #tagar atau #hashtag guna mengisi sisa hidup.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bahagia Palsu

31 Oktober 2022   07:32 Diperbarui: 31 Oktober 2022   07:39 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[30/10 23.00] Wurry Agus Parluten: "The stone originally was apparently WHITE, not black. It's thought mankind touching the stone and seeking forgiveness from God is the reason the stone is BLACK, reflecting the sins of humanity, according to Muslim sources," said al-Akiti. (al-ajaru al-Aswad)*

Kalimat ini sebenarnya yang menarik, kalo kata gue.

[30/10 23.01] Ruli Harmadi: Proses oksidasi, sama seperti tembaga berubah jadi kehijauan.

[30/10 23.04] Wurry Agus Parluten: "Religious Cosmology"...

7 dimensions of religion; these are...
(1) Ritual,
(2) Experiential and Emotional,
(3) Narrative and Mythical,
(4) Doctrinal,
(5) Ethical,
(6) Social,
(7) and Material.*

Berasa nyambung, nggak?

[30/10 23.08] Ruli Harmadi: Ya. Artinya agama hasil daya cipta manusia, bukan ciptaan Tuhan.

[30/10 23.08] Wurry Agus Parluten: Ya, diulang lagi. Gue kan bukan yang kontra dengan statement itu. "List of Founders of Religious Traditions" kalo di wiki.

[30/10 23.12] Wurry Agus Parluten: Yang gue butuhkan sekarang adalah, memasuki alam berfikir orang dulu, lalu coba mem-bahasakannya dari sudut pandang now.

Ini udah poin plus sebenarnya. Karena memperkuat hubungan antara Islam dan Cosmology.

[30/10 23.13] Ruli Harmadi: Yang dicari ilmuwan pada penelitian kosmologi
1. Adakah kehidupan diluar bumi?
2. Adakah kecerdasan serupa manusia bahkan lebih?
3. Adakah wahana antar galaksi?
4. Apakah agama bumi universal di kosmos?
5. Layakkah konsep Tuhan monoteis diterapkan di kosmos?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun