Sebuah drama politik.
Sayang aku tak terlalu hobby mengamati dunia politik.
Padahal, percakapan popular kala aku bertemu keluarga, kawan, selalu didominasi berita politik terbaru.Â
Seperti pertanyaan yang diajukan keponakanku, Ira, pagi ini seusai menonton berita di TV,"Jika seseorang yang telah dijago-jagokan dan tak jadi diangkat, apakah ia akan sedih?"
"Wah, nggak tahu ya. Bisa ya. Bisa tidak. Tergantung skenarionya. Di belakang panggung politik, kan kita tidak tahu bisik-bisik apa yang tengah terjadi di antara para tokoh politik. Mungkin saja, beliau tidak sedih, karena sudah diberitahu sebelumnya."
"Kenapa calon yang satu lagi tidak hadir, tante, pada waktu deklarasi?"
"Ngga tahu juga. Emangnya, seperti acara 'Indonesian Idol' yang sering kamu tonton itu, Ira? Para kontestan berdiri berjejer sembari menunggu keputusan tim juri," jawabku sambil mengangkat bahu.
"Ah, tante banyak nggak tahunya. Payah."
Kami mengganti topik pembicaraan. Apalagi kalau bukan movies alias film-film yang baru kami tonton.
Pilihan jatuh pada film "Passengers" (rilis tahun 2016). Kemarin aku menonton ulang film itu lagi.
"Ada benang merah yang bisa ditarik dari situ, Ira," kataku bersemangat.