Pekanbaru - Seratus tahun bukan sekadar hitungan angka. Ia adalah perjalanan, perjuangan, dan peradaban. Dalam rangka menyambut satu abad Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) dan satu dekade berdirinya Kampus 12 di Lubuk Jering, Siak, Riau, para santri mempersembahkan sebuah pagelaran seni bertajuk Darussalam All Star Show (DASS). Diselenggarakan Sabtu, 12 Juli 2025 (17 Muharram 1447 H), acara ini menjadi panggung pembuktian bahwa pendidikan di pondok pesantren tak hanya berkutat pada teks, tetapi juga ekspresi, estetika, dan adab.
Sebagai bagian dari Pekan Perkenalan Khutbatu-l-'Arsy, DASS tampil bukan hanya sebagai pertunjukan seni biasa. Ia dirancang dan dikelola oleh para santri Kulliyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyah (KMI) Gontor Kampus 12 secara total, profesional, dan berkelas. Dari sinilah muncul beragam pertunjukan penuh pesan dan makna: hadrah yang menggetarkan hati, puisi nusantara yang membakar semangat, hingga drama dan tarian lintas budaya yang sarat nilai. Dalam satu panggung, para santri menjahit harmoni antara kreativitas, spiritualitas, dan intelektualitas.
Acara ini dihadiri langsung oleh para tokoh penting, termasuk Wakil Pengasuh PMDG Kampus 12, Al Ustadz Himmah Azhar Latif, S.Th.I., yang juga membuka acara secara resmi. Turut hadir pula Wakil Pengasuh PMDG Putri Kampus 7, Al Ustadz H. Muhammad Ma'ruf Chumaidi; Wakil Direktur KMI, Al Ustadz Rifqi Inani, M.Pd.; serta guru senior PMDG, Al Ustadz H. Suroso Hadi. Tidak hanya dari internal pondok, pimpinan dari berbagai pondok pesantren se-Riau dan unsur pemerintah seperti Camat Sungai Mandau, Kapolsek, dan Kepala Desa Lubuk Jering ikut meramaikan momen bersejarah ini.
"Darussalam All Star Show adalah bentuk syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat usia seratus tahun Gontor dan sepuluh tahun Kampus 12. Ini bukan hanya acara seni, tapi wahana pendidikan yang sesungguhnya-bagi santri, guru, dan semua yang terlibat di dalamnya," ujar Al Ustadz Himmah Azhar Latif dalam sambutannya, dengan nada yang tenang namun sarat makna.
Sebanyak 46 segmen acara ditampilkan dalam tempo yang padat namun tertata rapi. Setiap segmen dibuka dan ditutup dengan visual sinematik yang mendalam-menggugah hati dan menyampaikan pesan moral secara halus namun mengena. Ada band santri yang membawakan lagu bertema damai dan tobat, pantomim penuh kritik sosial, parade tarian nusantara dan mancanegara, serta drama edukatif yang menyampaikan nilai-nilai seperti disiplin, bahasa, dan ibadah dalam gaya panggung yang atraktif.
Yang menarik, tidak hanya penampilan utama yang mencuri perhatian, tapi juga "iklan-iklan" edukatif karya santri tentang adab, koperasi, perpustakaan, hingga pabrik roti pondok. Ini membuktikan bahwa sistem pendidikan Gontor mampu membina santri menjadi pelaku, bukan sekadar penonton dalam proses pembentukan karakter dan peradaban.
Sebagai penutup, drama yang mengangkat tema ibadah ditampilkan dengan kekuatan teatrikal yang memukau. Panggung ditutup dengan Grand Closing yang penuh semangat, sekaligus reflektif atas apa yang telah dibangun oleh Gontor selama satu abad ini. Acara yang dimulai sejak sore hari ini berlangsung dengan khidmat, meriah, dan tertib-cerminan dari disiplin pondok yang telah mengakar kuat dalam jiwa para santri.
Darussalam All Star Show bukan sekadar pesta seni. Ia adalah wajah lain dari pendidikan pesantren yang hidup, bergerak, dan menjangkau masa depan. Di tengah dunia yang semakin cepat dan bising, pondok pesantren seperti Gontor tampil sebagai oase yang menumbuhkan nalar, adab, dan semangat berkarya dalam satu tarikan nafas keikhlasan.