Mohon tunggu...
Abang Eddy A
Abang Eddy A Mohon Tunggu... Foto/Videografer - PNS

Pernah bekerja sebagai Analis Pengembangan Sarpras PAUDNI dan bergiat di lembaga pengkajian dan peradaban Islam, Tajdid Institute. Saat ini tinggal di Portsmouth, UK.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cynomadeus : Pelopor Electric Rock Orchestra di Indonesia

18 September 2012   07:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:18 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

saya masih duduk disekolah menengah atas, waktu melihat poster kelompok yang menamakan dirinya, CYNOMADEUS ini. saya melihat poster itu ditempel di toko kaset yang saya lupa namanya, dikawasan Pasar Jamika Jalan Jenderal Sudirman Bandung. di poster tersebut yang saya kenal hanya Eet Sjahranie, gitaris yang pertama kali saya lihat dan kagumi aksinya, waktu dia memainkan riff di komposisi Fariz RM yang berjudul "Pandangan Pertama." keren banget riff di lagu itu, yang kemudian membawa saya terus tertarik menyimak riff-riff Eet yang modern seperti dalam lagu : Arena (Ekky Lamoh), Maret 1989 (God Bless) dan Bis Kota (Ahmad Albar). riff-riff ini menurut saya, menandai lahirnya Dewa Gitar baru setelah Ian Antono, dalam khazanah rock Indonesia. dengan semangat menyimak permainan Eet Sjahranie berikutnyalah, saya membeli album CYNOMADEUS. melihat tongkrongan mereka dan nama grup mereka yang unik, saya berharap setidaknya ada sesuatu yang baru buat diapresiasi.

betul saja. mendengar CYNOMADEUS sensasinya ibarat pertamakali makan di HANAMASA, ada banyak citarasa baru yang bisa diecap oleh indera pendengaran. album ini dibuka dengan nomor "PROFESI TREND MODE", yang di-intro-i sound kibord Iwan Majid, yang ke-fusion-fusion-an. komposisinya keren, walau dirasa kurang nge-rock atau mewakili spirit saya ketika itu, yang udah terbiasa dengan rock atau trash metal yang gitarnya meraung-raung, drumnya menghentak-hentak, dan vokalisnya menjerit-jerit, sebagaimana gaya Deep Purple, Rainbow, Metallica atau Megadeth. masuk ke komposisi ke-2 yang bertajuk,"CIRCUS SHOW", saya dibawa berdecak kagum dengan permainan bass Todung Panjaitan, yang nge-funk berat dan mengisi hampir disetiap elemen komposisi, dari mulai intro, bridge hingga refrain dan closing pada lagu tersebut. seingat saya, itu kali pertama saya mendengar permainan seorang bassist Indonesia yang full-technique dan begitu bergairah. gaya nge-funk Todung seperti di lagu "CIRCUS SHOW", muncul juga dikomposisi nomor 7 dalam album pertama dan terakhir CYNOMADEUS yang bertajuk "STRAWBERRY PINK". saya pikir, gak ada seorangpun bassist Indonesia yang menyamai passion seorang Todung Panjaitan dalam bermain bass, seperti ketika ia bermain pada lagu-lagu CYNOMADEUS. masuk ke komposisi nomor 3, giliran Eet Sjahranie, sang gitaris, yang unjuk gigi. Di lagu bertajuk "CYNOMADEUS", yang rupanya diniatkan sebagai best cut dalam album rilisan JEPS Record-nya promotor musik idealis Sofyan Ali ini, Eet memainkan riff khas-nya sebelum kemudian menyajikan solo guitar mematikan dipertengahan lagu. sebuah solo yang menampilkan speed dalam sound melodic cello yang tebal, yang diakhiri dengan jeritan panjang nan menyayat pada bagian akhirnya. edanlah. momen solo guitar Eet di lagu ini sedemikian dramatik dan monumental, mengalahkan kedahsyatan solo guitar-nya di album-album keras grupnya kemudian, dari mulai God Bless hingga Edane. Eddie Van Halen dan Steve Vai seolah-olah menyurup ke raga Eet Sjahranie, begitu saya bilang, waktu bercerita soal permainan Eet Sjahranie di lagu "CYNOMADEUS", dihadapan anak-anak boys band yang sedang hendak saya insyafkan. hehehe. mencerna tiga nomor awal album pertama dan terakhir,"CYNOMADEUS", saya mulai terbiasa mencerna nomor-nomor berikutnya.   belakangan dari Wikipedia saya dapat info : "kelompok musik ini menggunakan nama Cynomadeus, atas dasar ketertarikan personil band terhadap karya tulis Wisnu Soeyono. Sebuah komik mengenai seorang musisi yang dijuluki Cynomadeus (Cycle Neo Amadeus), dan travel di perpindahan waktu. Ketertarikan ini berlanjut dengan kesepakatan personil band untuk menunjuk Wisnu Soeyono sebagai penulis lirik tunggal untuk Cynomadeus." wah, kebayang tuh proses kreatif mereka. betul-betul berangkat dari suatu hal yang unik dan diproses dengan spirit idealis murni mengingat, album CYNOMADEUS jelas-jelas keluar dari pakem komersial, baik ketika dirilisnya bahkan saat album  itu nyaris terlupakan seperti saat sekarang. tapi dijaman revolusi marketing atau era peralihan dari marketplace menjadi marketspace ini, kalo ada musisi muda atau anak-anak band yang ingin mengusung Electric Rock Orchestra a la CYNOMADEUS, asal mereka kreatif dalam merancang program promo albumnya, kayaknya mereka punya harapan hidup lebih lama dari sang pelopor. ada yang minat meneruskan jejak CYNOMADEUS ? kalau tidak ada, saya mau pulang ke rumah dan mendoktrin anak saya yang kini sedang aktif belajar musik untuk mengikuti jejak band yang sukses berat secara artistikal ini.(aea)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun