Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh.
Email : ryani_like@yahoo.com.
Instagram : aryaniyani21
[caption id="attachment_184397" align="aligncenter" width="608" caption="Puncak Gunung Salak diliputi awan"][/caption] Beberapa minggu belakangan ini Gunung Salak menjadi terkenal. Ini lantaran pesawat Sukhoi yang jatuh di gunung tersebut dan menewaskan seluruh awak penumpangnya. Dari situ langsung beredar isu-isu mistis mengenai Gunung Salak. Ya wajar sih, menurut kabar, meskipun gunung ini memang tidak terlalu tinggi tapi sukar didaki karena medannya sulit. Katanya sudah beberapa kali pesawat yang melintasinya jatuh di tempat ini. Tapi lupakan sejenak masalah sukhoi dan misterinya, bukan itu yang ingin saya bahas. Bagaimanapun misteriusnya, Gunung Salak itu indah dan eksotis. Coba saja datang ke Bogor, Gunung Salak terlihat gagah dan dekat sekali hampir dari setiap sudut kota, termasuk dari rumah saya. Tidak salah memang kalau gunung ini menjadi salah satu maskot Kota Bogor. Gunung Salak memang hampir selalu tertutup awan. Bentuk puncaknya khas, katanya seperti seorang putri yang sedang tidur. Gak tau juga benar apa tidaknya ya. Di kaki gunungnya terlihat perumahan penduduk yang padat sekali, sebenarnya ini agak disayangkan, merusak pemandangan hehe. Saya sudah beberapa kali mengambil jepretan Gunung Salak baik menggunakan kamera poket ataupun DSLR. Di siang hari yang mendung, sewaktu saya sedang makan di Foodcourt, Bogor Trade Mall (BTM), saya sempatkan memotret gunung itu. Indah sekali meskipun puncaknya berawan, dan rasanya mata segar sekali memandangnya.
[caption id="attachment_184399" align="aligncenter" width="534" caption="Dilihat dari BTM"]
1338334646214253363
[/caption] Di sore yang lain, saat berada di Mesjid Raya Bogor, saya melihat langit begitu cerahnya. Pasti gunung ini menjadi cantik sekali dihiasi warna-warni langit senja. Benar saja, tidak beberapa lama setelah sore mendekati maghrib, langit berubah warna seperti pelangi. Bentuk Gunung Salak terlihat jelas dan bersih. Ini yang sering disebut golden hour, ada perpaduan biru, merah, jingga, ungu, pokoknya cantik banget deh. Belum lagi dipadu dengan siluet gunung salaknya dan lampu-lampu dari perumahan penduduk yang kerlap-kerlip. Hanya sayangnya waktu itu saya tidak membawa tripod, jadi foto malah blur saat memasuki waktu atau setelah maghrib hehe.
[caption id="attachment_184400" align="aligncenter" width="602" caption="Dari balik kaca Mesjid Raya"]
[caption id="attachment_184404" align="aligncenter" width="600" caption="Dari Bukit Gumati Cafe, Batutulis"]
1338334974676789460
[/caption] Pemandangan Gunung Salak dari kejauhan begitu cantik dan berwarna-warni. Tapi kalau kita naik ke kaki-kaki dan lereng gunungnya juga memang cantik lho. Di suatu hari saya pernah ikut hunting foto bareng di kaki Gunung Salak, tepatnya di Desa Cipalasari, Kecamatan Cijeruk. Di situ terlihat hamparan luas perkebunan teh, meskipun di beberapa bagian terlihat agak gundul. Beberapa pekerja wanita, umumnya ibu-ibu, tampak sedang sibuk memetik daun teh. Sawah-sawah berupa terasering juga menghiasi perbukitan. Sayangnya waktu itu sedang mendung, kabut tebal menutupi sebagian perbukitan sehingga puncak Gunung Salak tidak terlihat. Di jalanan yang menurun ke arah sungai kecil, banyak truk yang berlalu-lalang. Saya melihat seorang penambang pasir sedang bekerja mengeruk pasir dari sungai. Entah bagaimana nasib sungai ini kalau terus-menerus dieksploitasi.
Mari terus bergerak ke atas bukit, menuju arah curug (air terjun). Waktu itu cuaca semakin mendung, hujan turun rintik-rintik, lama-lama makin besar. Tapi perjalanan tetap diteruskan. Lumayan juga menempuh treknya saat hujan turun. Karena memang bukan dikhususkan untuk tempat wisata sehingga jalannya sempit dan licin, banyak semak belukar dan tanah yang becek. Setelah sampai bisa kita lihat curug yang cantik meskipun tidak terlalu besar, kata penduduk setempat namanya Curug Putri. Ohya saat akan pulang setelah hujan reda, langit kembali mendung, dan gelap menyeramkan. Tetapi saya lihat anak-anak kecil begitu ramai bermain. Beberapa ada yang memanjat kolencer angin yang memang sampai ke atas. Benar-benar pemberani ya.
[caption id="attachment_184414" align="aligncenter" width="602" caption="Jalan menuju curug Putri"]
[/caption] Di sisi Gunung Salak yang lain, menuju ke arah Ciapus, kita bisa menemui Pura Parahyangan Jagarkattya. Menurut yang pernah saya baca, pura ini terbesar setelah Pura Besakih di Bali. Sewaktu saya ke sana, cuaca juga mendung. Terlihat kabut menutupi perbukitan, tapi keren sih kabutnya. Foto pura saya turunkan kontrasnya supaya nampak lebih eksotis dan tidak flat. Aslinya memang indah, ditambah lagi udara pegunungan yang sejuk. Saya lihat beberapa orang yang datang ke sana, ada yang berwisata, ada pula yang memang khusus beribadah.
Kalau perjalanan diteruskan ke lereng yang lebih tinggi, kita bisa mengunjungi beberapa curug seperti Curug Nangka dan Curug Luhur. Curug Luhur lebih jauh ketimbang Curug Nangka tetapi lokasinya bisa langsung ditemui tidak jauh dari jalan aspal. Sedangkan untuk mencapai Curug Nangka, harus trekking dulu ke atas sampai beberapa ratus meter. Foto-foto curug yang saya punya sudah lama sekali, tidak terlalu bagus. Saya belum ke sana lagi untuk memotret memakai teknik slow speed.
Itulah sebagian eksotisme Gunung Salak yang bisa saya tampilkan. Tentu saja masih banyak yang lain, yang belum saya kunjungi. Yang jelas Gunung salak memang indah dan cantik meskipun misterius.