Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dukaku di Hari Jumat

28 Mei 2010   02:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:55 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_151928" align="aligncenter" width="300" caption="Dokumen pribadi (Aryani)"][/caption] Pagi itu, sekitar jam 7.00, aku pergi ke kantor seperti biasa. Tak ada firasat apa-apa. Baru saja tiba di kantor, adikku tiba-tiba menelponku ”mbak...bapak kecelakaan, katanya keadaannya gak begitu bagus, sekarang di UGD RS Marzoeki Mahdi, Bogor”. Aku langsung berlari meninggalkan kantor menuju rumah sakit. Selama perjalanan aku terus bertanya-tanya dalam hati ”bagaimana mungkin ini terjadi, kecelakaan seperti apa, bukannnya tadi pagi beliau baik-baik aja, gimana  kondisinya sekarang?” Perasaanku semakin tak menentu, sambil menangis aku menghubungi saudara, teman dan orang terdekat yang kusayangi sebisaku. Akhirnya aku sampai juga di rumah sakit, aku langsung berlari ke UGD. Hatiku langsung hancur, kulihat tubuh kurusnya terbaring koma di ranjang rumah sakit. Bagian belakang kepalanya sobek, mungkin isi kepalanya hampir keluar kalau tidak dijahit, kelopak matanya menghitam lebam, kelihatannya jatuh membentur trotoar atau aspal jalan. Rupanya bapakku ditabrak sepeda motor ketika bersepeda menuju kantornya yang kebetulan letaknya gak jauh dari rumah. Tidak ada yang tahu siapa yang menabraknya, dan tidak ada yang melihat karena waktu kejadian jalanan masih sepi, si penabrakpun kabur alias tabrak lari. Tapi aku sudah tidak peduli lagi dengan penabraknya, waktu itu yang kupikirkan hanya keadaan bapakku. Kata dokter kemungkinan hidupnya kecil, karena benturan dan luka di kepalanya begitu parah. Kulihat adikku hanya terdiam dan berkaca-kaca. Teman-teman bapakku hanya bisa menenangkanku dan menyuruhku berdoa. Tak berapa lama kemudian, bapakku menghembuskan nafas yang terakhir, sekitar pukul 9.15. Aku semakin berlinang air mata, rasanya sudah tak bisa terbendung lagi. Sudah tak terbayangkan lagi rasanya saat itu, luar biasa sedih dan sakitnya, seperti dihantam benda keras. Aku benci jumat itu, akhirnya terjadi juga hal yang selama ini aku takutkan, tapi aku tidak menyangka hidupnya berakhir setragis itu, semua terjadi begitu cepat dalam beberapa jam saja, tanpa ada firasat yang kusadari sebelumnya. Aku langsung teringat semua kesalahanku, aku ingat belum sempat meminta maaf, tadi pagi juga belum mencium tangannya, aku hanya mendengar suaranya mengiyakan dari balik kamar mandi ketika aku pamit ke kantor. Aku juga ingat bapak belum sempat belajar baca Al-Qur'an, padahal udah ada niat sebelumnya. Tapi mungkin ini adalah jalan terbaik dari Allah SWT bagi bapakku dan semuanya, walaupun terasa sakit. Dia ingin membebaskan bapak dari segala permasalahan dunia yang akhir-akhir ini dihadapinya dan membuat fisiknya tampak semakin tua. Bapakku sangat pendiam, bahkan ketika pernikahannya yang baru dijalani beberapa bulan dengan seorang janda beranak satu yang membawa banyak masalah dan tekanan batin buat beliau dan keluarga, bapak hanya diam saja tidak mau mengeluh. Tapi fisik tidak bisa dibohongi karena badannya makin hari makin nampak kurus dan kelihatan tidak punya gairah hidup serta sering melamun. Mungkin ini pulalah jalan Allah SWT yang ingin mempertemukan lagi bapakku dengan almarhumah ibuku yang sudah lebih dahulu pergi sekitar 4 tahun sebelumnya. Bapakku dimakamkan setelah jum’atan, saudara-saudara, teman-teman almarhum, teman-temanku dan teman-teman adikku tak henti-hentinya berdatangan. Aku terus berlinang air mata, sedihnya luar biasa waktu itu, di tengah ramainya orang-orang yang bertakziah dan menghiburku. Aku tidak bisa membayangkan betapa beratnya hidup yang akan dihadapi olehku dan adikku setelah ini tanpa orang tua. Ternyata takdir manusia tidak ada yang tahu, ternyata...jumat, 19 Desember 2008, sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai hari kembalinya menghadap Sang Ilahi, di usianya ke-60 tahun. Aku hanya bisa mendoakan dan berharap yang terbaik bagi kedua orang tuaku dan keluarga yang ditinggalkan. Aku tidak tahu bagaimana skenario Allah SWT selanjutnya terhadap diriku dan adikku. Ya Allah kumohon bisa segera melewati masa-masa sulit ini, dan di hari-hari berikutnya hidup menjadi lebih baik. Semoga episode kesedihan segera berganti kebahagiaan. Amiiin. Wallahu’alam bishowab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun