Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap 8 Maret bukan sekadar perayaan, tetapi pengingat akan perjuangan panjang perempuan dalam meraih hak-haknya. Momentum ini mengajak kita untuk terus mendorong peran perempuan dalam pendidikan, sosial, dan kepemimpinan. Mereka bukan hanya bagian dari perubahan, tetapi juga penggerak utama dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan setara. Â
Sejak dulu, perempuan Nusantara telah menunjukkan ketangguhannya, dari Cut Nyak Dien yang berjuang di medan perang hingga R.A. Kartini yang memperjuangkan pendidikan. Saat ini, perempuan terus berkontribusi di berbagai bidang, membuktikan bahwa mereka adalah pilar utama kemajuan bangsa. Namun, di tengah kemajuan yang telah dicapai, masih banyak perempuan yang menghadapi ketidakadilan, terutama di daerah pedalaman. Â
Salah satu yang paling memprihatinkan adalah kondisi perempuan di pedalaman Papua. Budaya patriarki yang kuat membatasi hak mereka dalam pendidikan dan kehidupan sosial. Banyak dari mereka dipaksa menikah di usia dini karena faktor ekonomi dan tradisi. Maraknya konsumsi alkohol di beberapa wilayah juga memperburuk situasi, memicu tingginya angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang sering kali berujung pada kekerasan ekstrem, bahkan kematian. Ironisnya, banyak kasus ini dibiarkan tanpa penyelesaian hukum karena dianggap sebagai "urusan keluarga." Â
Minimnya akses terhadap pendidikan dan kesehatan semakin memperparah keadaan. Banyak perempuan terpaksa putus sekolah karena fasilitas yang terbatas dan kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar. Sementara itu, angka kematian ibu dan bayi tetap tinggi karena kurangnya tenaga medis di daerah terpencil. Situasi ini tidak hanya merugikan perempuan, tetapi juga menghambat perkembangan generasi mendatang. Â
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi keadilan, kita tidak boleh membiarkan perempuan di pedalaman menghadapi tantangan ini sendirian. Pemerintah, akademisi, dan masyarakat harus berperan aktif dalam memperluas akses pendidikan, kesehatan, serta program pemberdayaan ekonomi bagi mereka. Kesetaraan gender bukan hanya soal hak perempuan, tetapi tentang menciptakan bangsa yang lebih maju, kuat, dan sejahtera. Â
BEM PTNU Nusantara percaya bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk membangun masa depan yang lebih baik. Mendorong kesetaraan bukan berarti menghilangkan peran laki-laki, tetapi menciptakan keseimbangan agar setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Perempuan harus didukung untuk menjadi pemimpin, inovator, dan penggerak perubahan. Â
Di Hari Perempuan Internasional ini, mari kita gaungkan semangat perjuangan, kesetaraan, dan pemberdayaan perempuan Indonesia. Mereka bukan sekadar pendamping, tetapi kekuatan yang membangun peradaban. Perempuan berdaya, Nusantara maju!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI