Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

(Catatan Tepi) Strok dan Karir

26 Februari 2018   15:49 Diperbarui: 26 Februari 2018   16:20 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.nlcafe.hu

Malam itu seperti berulang, terasa De-Javu. Berita mengenai kondisi seseorang yang koma ,tak sadarkan diri, saya terima dari rumah sakit dibilangan perbatasan Bekasi dan Jakarta. Bermula dari gejala pusing, vertigo, muntah-muntah lalu hilang kesadaran. Glasgow Coma Scale-GCS  turun dari sepuluh mendekati angka delapan.

Saya bergerak cepat untuk menjemputnya di Rumah Sakit, dan ketiadaan fasilitas membuat kami harus memberikan keputusan cepat memindahkannya ke Rumah sakit yang lebih lengkap. Ambulance meraung-raung memecah kebuntuan jalan dan mengantarkan pasien ke fasilitas rumah sakit yang demikian cepat menangani sehingga diputuskan berdasarkan hasi CT-scan untuk dilakukan operasi Craniotomy, operasi  pemulihan pendarahan otak  hari itu juga.

"Berdasarkan pengalaman pada kasus Stroke hemoragik, tidak ada hal yang membuat saya harus menghalangi dokter melakukan operasi craniotomy pada adik saya ini. Hydrocephalus yang disebabkan titik pendarahan yang memenuhi hingga otak kecil dan sebelum GCS mendekati angka lima  maka atas nama keluargga saya memberikan ijin dokter untuk melakukan operasi sesegera mungkin?" tegas saya ketika dokter saraf menjelaskan panjang lebar akan keputusan terbaiknya.

"Bapak ini  dokter ya, kok tahu semua istilah di kasus medis ini?" tanya dokter saraf.

"Bukan Dok, pengalaman yang mengajarkan saya," kami menandatangani keputusan maha penting itu dan menunggu jadwal operasi pukul enam sore dihari yang sama.

Malangnya ketika kami menjaga pasien bersiap operasi, salah satu keluarga yang lain kelihatan lelah dan saya membawanya ke satu penginapan dekat rumah sakit. Ketika kami tiba di hotel dan mengistirahatkannya, gejala berulang terjadi pada kakak saya ini.  Gejala pusing, vertigo, muntah-muntah lalu hilang kesadaran. Dalam hari yang sama dan dokter yang sama saya harus merelakan dua saudara kandung untuk ditangani di unit yang sama, Stroke Iskemik mengantarnya keruang ICU tanpa kesadaran. Hari itu letih luar biasa dan upaya saya untuk menangani  secepat mungkin tak mampu menghilangkan kekhawatiran atas apa yang akan terjadi setelahnya.

Saya terngiang dan teringat pada kasus  yang sama dibulan Agustus tahun 2017 yang lalu  dimana pernah mengalami kejadian kelam yang akhirnya membuat saya harus mengambil keputusan besar dalam hidup ini.

Peristiwa dulu itu terjadi ketika seorang staff lapangan saya datang bersama keluarga sebelum ia pergi untuk menunaikan tugasnya di lapangan operasi kerja kami. Istri dan kedua anaknya tak pernah sekalipun datang kerumah tetapi malam itu mereka memberikan saya special timus, makanan dari singkong yang dibungkus daun pisang.

"Timus ini dibuat istri saya khusus untuk Pak Ary, pasti suka. Besok saya sudah harus berdinas jadi malam ini saya sengaja datang supaya pak Ary bisa merasakan," ucap staff saya seorang pengawas utama dilapangan.

"Kenapa repot-repot malam begini  datang, komplit sama anak istri lagi." Saya menerima sepiring besar berisi timus.

"Iyo pak Ary, sudah lama saya mau kasih ini tapi baru malam ini saya bisa kasih, kapan lagi"  ia tersenyum dan perbincangan kami selama setengah jam dirumah diakhiri karena waktu mendekati pukul sebelas malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun