Mohon tunggu...
Ario Wirawan
Ario Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY'19

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Parenting di Era Digital

24 Maret 2021   18:31 Diperbarui: 24 Maret 2021   18:55 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting di Era Digital

Orangtua dimanapun pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Bagi anaknya, orangtua berusaha untuk mencari tahu mengenai cara mengasuh anak yang terbaik agar sesuai dengan harapan yang diinginkan. Sebut saja hal-hal seperti pemberian nutrisi, pendidikan yang tepat, ataupun membangun karakter yang baik dan bermoral.

Memasuki perkembangan teknologi yang pesat atau era digital, tantangan bagi orangtua untuk mengasuh anak lebih membutuhkan usaha yang ekstra dibandingkan puluhan tahun yang lalu. Walaupun di era digital ini informasi yang kita butuhkan sangat mudah dicari, terutama mengenai parenting, tetapi terdapat rintangan seperti terbentuknya gap antara hubungan orangtua dengan anak. Tantangan ini memberatkan bagi orangtua yang tidak memiliki ilmu atau tips dalam mengasuh anaknya di era digital ini.

7 Tips Parenting di Era Digital

Dalam artikel yang ditulis oleh Safiera (2016), Psikolog dan Pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman membagikan tujuh cara mengasuh anak di era digital yang bisa dipraktikkan agar hubungan antara orang tua dan anak tetap terjaga.

Pertama adalah tanggung jawab penuh. Berbicara mengenai parenting, peran ayah dalam mengasuh anaknya dianggap penting juga diluar peran ibu yang dianggap memiliki peran utama.  

Dalam mengasuh anaknya, ayah dan ibu harus memiliki pandangan yang sama dalam mengasuh anaknya menjadi baik, sehat, dan bahagia. Kebanyakan orangtua muda sekarang membiarkan anak-anaknya untuk diasuh oleh orang ketiga, baik mertua atau pembantu. Walaupun sebenarnya hal ini tidak salah untuk dilakukan karena kemungkinan kedua orangtua untuk bekerja, diperlukan ketelitian kedua orangtua untuk mengecek orang tersebut untuk menjaga anaknya sendiri.

Kedua adalah kedekatan. Kedekatan yang dimaksud tidak hanya sebatas kedekatan fisik, tetapi juga kedekatan jiwa ke jiwa. Kedua orangtua diharuskan untuk dekat dengan buah hati secara emosional, tidak hanya memberi pelukan dan ciuman.

Ketiga adalah harus jelas tujuan pengasuhannya. Riset yang dilakukan oleh Elly Risman terhadap ibu berumur 25 hingga 45 tahun, bekerja atau tidak bekerja, ekonomi menengah ke atas dan menengah ke bawah, menyimpulkan bahwa mereka tidak memiliki tujuan pengasuhan dan tidak memberi arah untuk anaknya. Ia menyarankan bagi kedua orangtua agar membuat kesepakatan bersama untuk mulai merumuskan tujuan pengasuhan sejak anak dilahirkan dan memprioritaskan hal yang perlu diberikan kepada anaknya serta pendekatannya.

Keempat adalah berbicara baik-baik. Orangtua harus bisa belajar berbicara baik-baik dengan anaknya. Contoh-contoh komunikasi seperti menyalahkan, memerintah, atau membandingkan anak dapat membuat anak tidak percaya diri, tak terbiasa memilih, dan tidak bisa mengambil keputusan.

Kelima adalah mengajarkan agama. Orangtua diwajibkan untuk mengajarkan agama pada anaknya sejak dini. Orangtua perlu menanamkan rasa kesukaan secara emosional untuk anaknya agar mereka menyukai aktivitas tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun