Mohon tunggu...
Money

Mari Berwirausaha dengan Syariat Islam

4 Maret 2019   09:13 Diperbarui: 4 Maret 2019   09:18 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Assalamualaikum Wr. Wb

Dalam artikel yang saya tulis kali ini akan dibahas secara tuntas tentang jiwa seorang wirausaha dan kewirausahaan menurut syariat islam yang sesuai dan benar.

Seiring perkembangan zaman pada era sekarang ini sangat sulit bagi seseorang untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, apalagi lapangan pekerjaan yang semakin menyempit menyebabkan mereka sulit mendapatkan posisi pekerjaan sesuai dengan passion yang mereka miliki, hal ini juga yang menyebabkan banyaknya penduduk pengangguran pada usia produktif, akibat dari banyaknya usia produktif yang menganggur ini juga menjadi masalah besar bagi negara karena pertumbuhan ekonomi yang semakin menurun.

Remaja ini sangat gencar dilakukan workshop ataupun seminar tentang kewirausahaan atau yang biasa disebut dengan entrepreneurship untuk mahasiswa, selain untuk mahasiswa pemerintah sendiri melakukan banyak kegiatan penyuluhan dan pelatihan gratis kepada masyarakat untuk membangun jiwa wirausaha, selain memberikan pelatihan dan penyuluhan gratis pemerintah bahkan memfasilitasi kepada masyarakat yang ingin membuka sebuah usaha dengan memberikan modal yang sedikit bunganya.

Zimmerer, menyatakan bahwa "salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan di suatu negara terletak pada peranan perguruan tinggi atau universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Pihak universitas bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan wirausaha kepada para lulusannya dan memberikan motivasi untuk berani memilih berwirausaha sebagai karir mereka." (Zimmerer, W.T.. Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management. Third Edition. New York: Prentice-Hall, 2002). Oleh karena itu roda penggerak pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah warna negara dengan usia produktif yang pada kenyataannya memang produktif, hal ini dalam artian mereka produktif menghasilkan sesuatu yang dapat menuntungkan negaranya.

Indonesia sendiri  merupakan suatu negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, hal ini tentunya yang menjadi dasar seorang muslim untuk melalukan penggalian terhadap keahlian dan keterampilan yang mereka miliki, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qashash ayat 77 yang artinya "dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (Mushaf Aminah, Al-qur'an dan Terjemahannya, PT Indika, Jakarta, 2012, h. 394).

"Bagi setiap muslim, sikap mental maju merupakan konsekuensi dari tauhid dan buah kemuslimannya dalam seluruh aktivitas kehidupannya, identitas itu tampak pada kepribadian seorang muslim, yakni pada pola pikir dan bersikap pada yang dilandaskan pada akidah islam." (Nana Herdiana, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan, cv Pustaka setia, Bandung, 2013, h. 7-8). Jadi sebaik-baiknya seorang muslim ialah ia yang berusaha melakukan segala kegiatannya sesuai dengan syariat islam, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika ia masi remaja telah memulai sebuah usaha hingga dewasa ia telah menjadi seorang pengusaha yang handal dalam bidang perdagangan.

Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kita sebagai umat seharusnya meneladani apa yang telah diajarkannya seperti berwirausaha. Ziemmerer mengartikan "wirausaha sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan, serta menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha) yang lebih baik." (Kasmir. Kewirausahaan. Cet. 5, Juli. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, h. 16-18).
Dalam surat an-Nisa' ayat ke 32 Allah berfirman yang artinya "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. 

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Surat an-Nisa' ayat 32). Dalam surat an-Nisa' ini Allah memperingatkan kepada umat Islam agar selalu giat dalam berusaha dan bekerja agar tidak terjadi iri hati dan dengki kepada orang lain karena apapun yang mereka usahakan akan mendapatkan sesuatu balasan yang sesuai dengan apa yang telah mereka usahakan, baik seorang pekerja laki-laki maupun seorang pekerja perempuan dengan memperuntukkan segala sesuatu yang mereka kerjakan kembali untuk Allah dan mempercayakan segala urusan kepada Allah SWT.

Merujuk pada satu hadis utama yang akan dibahas yakni hadis yang telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang artinya "Dari Miqdam RA, dari Rasul SAW bersabda: tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik dari pada makan hasil kerjanya sendiri dan sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil buah tangan (pekerjaan) nya sendiri." (Riwayat al-Bukhari, hadits ke 2078). 

Menurut hadis ini dapat pula ditafsirkan bahwa setiap segala bentuk usaha yang dilakukan oleh manusia akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan usaha apa yang telah diusahakannya, begitupun hasil dari usaha yang telah diusahakannya tersebut menjadi sebaik-baiknya hasil yang didapatkannya, seseorang yang menggunakan harta yang dimilikinya yang merupakan hasil dari kerja kerja kerasnya sendiri itu lebih baik dari pada seseorang yang menggunakan harta yang dimilikinya bukan dari hasil kerja kerasnya ataupun hasil dari usahanya sendiri, hal ini dalam artian harta yang digunakannya tersebut adalah harta hibah ataupun harta hasil pemberian dari orang lain.

Sebagaimana kembali lagi dijelaskan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang wirausahawan muslim adalah untuk mendapatkaan ridho Allah baik itu secara kehidupan dunia maupun untuk kehidupan diakhirat kelak tanpa mengesampingkan poin penting seorang wirausaha yakni mengasah daya kretivitas dan inovatif dan dapat pula sebagai seorang pembaharu atau biasa dibilang sebagai seorang revolusioner kedepannya.
Sebagai penguat dari apa yang telah saya uraikan dapat merujuk pada QS. 

Al-Jumuah ayat 9-10 yang artinya berbunyi "Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari jumat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah dan tinggalkan jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Al-Jumuah ayat 9-10). 

Tentu saja firman Allah SWT ini yang digunakan sebagai dasar acuan setiap pemeluk agama islam agar melakukan perintah Allah dan menjauhi larangannya. 

Disini diperlukan adanya keseimbangan antara urusan duniawi dengan urusan akhirat, sebagaaimana Allah telah menyerukan agar kita melakukan jual beli untuk urusan kita didunia dengan tanpa mengesampingkan Allah SWT dalam artian kita selalu dalam pengawasan Allah agar setiap kita melakukan muamalah kita tidak melupakan nafas-nafas islam didalamnya.

Pada poin akhir ini sebagaimana seperti yang telah banyak kita ketahui bahwa sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, jadi apabila seseorang ingin mengalami perubahan dalam hidupnya maka ia juga harus melakukan hal tindak nyata untuk merubah kehidupannya tersebut. 

Jika dikaitkan dengan seorang wirausaha tentunya sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa seorang wirausaha memiliki jiwa kreatif dan inovatif yang tinggi maka langkah awal itu lah yang akhirnya akan memberikan efek besar dalam kehidupannya dengan menerapkan nilai-nilai islam dalam pengaplikasiannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun