Mohon tunggu...
ARUM PUSPITA
ARUM PUSPITA Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saat ini saya adalah mahasiswa Teknik Informatika yang tengah fokus pada pengembangan web dan desain. Selain itu, saya juga seorang mahasantri yang berkomitmen untuk memperdalam pemahaman sosial dan terus berusaha meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tata Kelola TI: Revolusi atau Sekedar Birokrasi Digital?

29 Maret 2025   22:13 Diperbarui: 29 Maret 2025   22:13 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi opini tentang ketegangan antara regulasi tata kelola TI dan inovasi dalam dunia bisnis.  (Dibuat dengan DALL - E)

Tata Kelola TI: Revolusi atau Sekedar Birokrasi Digital?

Di era digital ini, kita sering mendengar tentang pentingnya tata kelola TI untuk memastikan efektivitas dan keamanan teknologi dalam organisasi. Namun, apakah ini benar-benar sebuah revolusi yang membawa perubahan nyata, atau hanya sekadar lapisan birokrasi tambahan yang memperlambat inovasi?

Banyak organisasi mengadopsi framework seperti COBIT atau ITIL dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko. Namun, fakta di lapangan sering kali menunjukkan sebaliknya. Implementasi tata kelola TI yang berlebihan justru menciptakan lebih banyak hambatan, menghambat kreativitas, dan membuat organisasi lebih lambat dalam merespons perubahan pasar.

Selain itu, model tata kelola TI sering kali dikembangkan oleh konsultan dan akademisi yang jauh dari realitas bisnis sehari-hari. Mereka mendesain sistem yang tampak sempurna di atas kertas, tetapi sulit diterapkan di dunia nyata. Hasilnya? Perusahaan terjebak dalam siklus audit, dokumen yang menumpuk, dan rapat yang tak berujung tanpa ada manfaat nyata.

Lebih parah lagi, banyak perusahaan yang menerapkan tata kelola TI hanya demi kepatuhan terhadap regulasi, bukan karena kebutuhan bisnis yang sebenarnya. Ini menyebabkan pengeluaran besar untuk implementasi framework yang tidak efektif, sementara inovasi yang lebih penting justru terabaikan.

Di sisi lain, startup teknologi yang bergerak cepat sering kali mengabaikan framework tata kelola TI yang kompleks dan justru lebih sukses. Mereka mengutamakan fleksibilitas dan iterasi cepat daripada terjebak dalam struktur yang kaku. Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah framework IT Governance masih relevan dalam dunia bisnis yang semakin dinamis?

Mungkin sudah saatnya kita mempertanyakan kembali apakah framework ini benar-benar diperlukan, atau hanya strategi pemasaran dari industri konsultasi yang ingin menjual "solusi" mereka. Daripada mengadopsi model yang tidak sesuai dengan realitas bisnis, perusahaan seharusnya lebih fokus pada pendekatan yang praktis dan fleksibel.

Tata kelola TI seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan bisnis, bukan sekadar simbol kepatuhan. Jika tidak diterapkan dengan tepat, framework ini tidak lebih dari sekadar birokrasi digital yang justru memperlambat pertumbuhan organisasi.

Referensi: 

Author(s). (2024). IT Governance Information System Audit Analysis using COBIT 4.1 Framework by measuring Maturity Level. Sistemasi, 13(2). https://doi.org/10.32520/stmsi.v13i2.2825 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun