Kerajaan Ternate dan Tidore, yang terletak di Kepulauan Maluku, merupakan pusat perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh. Perdagangan cengkeh di kedua kerajaan ini berkembang pesat, didukung oleh kuatnya agama Islam. Tidore dikenal sebagai pusat cengkeh utama di Maluku, sementara Ternate menjadi pusat utama perdagangan cengkeh. Masyarakat Tidore bahkan membantu saudagar dari Kepulauan Banda dalam mendapatkan simpanan cengkeh. Kerajaan Ternate dan Tidore juga mengalami persaingan dalam perdagangan cengkeh, terutama setelah kedatangan bangsa Portugis.
Sementara itu, perkembangan Islam di Kerajaan Ternate dan Tidore turut memengaruhi kemajuan perdagangan rempah-rempah. Kuatnya akar Islam di kedua kerajaan ini menjadi salah satu faktor yang mendukung perkembangan perdagangan rempah-rempah, termasuk cengkeh. Dengan demikian, perdagangan cengkeh dan perkembangan Islam saling terkait dan memainkan peran penting dalam sejarah kedua kerajaan tersebut.Â
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Amirulloh, K. A. (2013). Hegemoni : Persaingan Hegemoni Cengkeh di Ternate Sekitar Abad 16 dan 17. AVATARA, e- Journal Pendidikan Sejarah.
Busranto Latif Doa, Serba-serbi Tradisi dan Budaya Ternate (Jakarta : Hak Cipta, 2007 ), 26.
Handoko, W. (2007). Aktifitas Perdagangan Lokal di Kepualuan Maluku Abad 15 M-19 M. Kapata Arkeologi, 3(4), 100-120.
Muhammad, S., Hasim, R., & Abdullah, J. (2022). TRADISI LOKAL: RITUAL SOPIK DI TAHANE MAKEAN PULAU HALMAHERA SELATAN. JURNAL ILMU BUDAYA, 10(2), 26-39.
Pattikayhatu, J. A. (2012). Bandar Niaga di Perairan Maluku dan Perdagangan Rempah-Rempah. Kapata Arkeologi, 8(1), 1-8.
Rusdiyanto, R. (2018). Kesultanan Ternate dan Tidore. Aqlam: Journal of Islam and Plurality, 3(1).
Syafiera, A. (2016). Perdagangan di Nusantara Abad Ke-16. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah, 4(3), 721-35.
Thalib, U. (2012). Sejarah Masuknya Islam di Maluku. Kementerian Pariwisat dan Ekonomi Kreatif, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Ambon.