Mohon tunggu...
WAFA FII MANAAL R
WAFA FII MANAAL R Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia

Merupakan Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Subkultur Shibuya: Gyaru Jepang

11 Juni 2023   17:19 Diperbarui: 11 Juni 2023   17:23 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERKEMBANGAN SUBKULTUR SHIBUYA : GYARU JEPANG 

Akhir-akhir ini media sosial terutama tiktok dihiasi dengan konten-konten gyaru, baik konten cara make-up gyaru maupun cara berpakaian ala gyaru. Gyaru identik dengan cara berpenampilannya yang nyentrik, seperti rambut yang di cat warna-warni, make-up yang tebal bahkan kadang mewarnai tubuhnya supaya terlihat lebih gelap. mungkin dari benak kalian bertanya-tanya mengapa mereka berpenampilan seperti itu ? untuk menjawab penasaran kalian pembahasan kali akan mengungkapkan bagaimana awal mula gyaru hingga perkembangan gyaru sendiri.

Gyaru merupakan salah satu jenis atau substyle dari Shibuya style lebih tepatnya berasal dari Shibuya street dimana para pelaku fashion gyaru ini merupakan para wanita muda. Fashion jenis gyaru ini sama halnya seperti jenis-jenis harajuku style lainnya yang sama-sama dipengaruhi oleh barat. Gyaru sendiri merupakan bahasa serapan yang berasal dari bahasa inggris gal yang merupakan bahasa slang untuk kata girl. Istilah tersebut digunakan untuk para gadis muda berkisar 10-20 tahun yang berpenampilan fashionable, menggunakan model pakaian yang terbaru, rambut yang diwarnai coklat keemasan, tata rias wajah diluar kebiasaan dan pemilihan busananya yang mix and match yang kontroversial. Dimana penampilan mereka merupakan pengaruh dari majalah dan bacaan yang mereka baca.

Tempat gyaru berkumpul berada di kawasan Shibuya street, dimana banyak para kaula muda Jepang yang berkumpul untuk melepaskan tekanan kehidupannya dengan cara berbelanja barang-barang fashion, maka tak heran kawasan shibuya banyak memiliki toko-toko perbelanjaan. Salah satunya pusat perbelanjaan 109 Shibuya yang menjadi simbol gyaru. Fashion menjadi salah satu hal untuk melampiaskan tekanan hidup para pemuda tersebut dengan cara mereka lari dari kepribadian mereka yang sebelumnya mereka bekerja dan belajar dengan disiplin. Maka tidak heran karena ingin bebas dari keterikatan disiplin tersebut, mereka dengan bebas dapat melampiaskan nya dengan berpakain free style, rambut yang di cat warna warni dan menggunakan perlengkapan-perlengkapan yang nyentrik. Meskipun penampilan mereka dari luar dipandang sebagai gaya "tabrak lari", namun terdapat kreativitas yang bebas dan liar yang terjadi. mereka dengan bebas melakukan dan mengubah apa yang mereka ingin dengan bebas sesuai dengan keinginan mereka yang dijadikan sebagai alat untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Kreativitas mereka tersebut menjadi pelarian dan pengalihan mereka dari tekanan dan stress yang diberikan di instansi pendidikan maupun orang tua yang menuntut standar tinggi.

Trend fashion gyaru ini tidak diketahui dari mana asalnya, namun terdapat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh masyarakat setempat. Ada yang menyatakan jika gyaru ini merupakan salah satu hasil pembaharuan budaya Jepang dengan negara barat, khususnya Amerika, lalu ada pula yang mengatakan jika gyaru ini merupakan bentuk pemberontakan para kaula muda Jepang atas norma-norma yang dinilai konservatif. Gyaru muncul disebabkan sebagai salah satu bentuk ajang balas dendam terhadap norma tradisional pada masyarakat Jepang, seperti kecantikan feminim yang kolot. Banyak peneliti yang menyimpulkan jika munculnya pemberontakan di dalam masyarakat Jepang disebabkan karena kebencian yang diabaikan. Dimana mereka biasanya seringkali menolak untuk mengikuti norma-norma yang berlaku di masyarakat Jepang. Hal ini biasanya merupakan salah satu bentuk protes atau pemberontakan para kaula muda di Jepang. Aksi protes terhadap norma-norma tersebut yang dilakukan oleh para gyaru ini sering kali membuat masyarakat resah, gyaru banyak mendapatkan penilaian yang condong negatif oleh masyarakat Jepang. 

Para pelaku gyaru ini biasanya merupakan kaum wanita yang masih muda, rata-rata yang mengikuti tren ini biasanya remaja Jepang yang masih mengenyam pendidikan di bangku SMA, dimana para remaja tersebut merasa kurang percaya diri dengan penampilannya dan jati diri mereka yang sebenarnya. Penampilan gyaru biasanya menggunakan make-up yang tebal serta memakai kelengkapan-kelengkapan yang dinilai mencolok disebabkan karena untuk menutupi wajah mereka yang kurang percaya diri dan karena penampilannya tersebut maka tak heran sering kali gyaru ini menarik perhatian. Kogal atau Kogyaru merupakan awal mulanya komunitas gyaru dikenal sekaligus menjadi sebuah fenomena. terdapat pandangan negatif dari kogal sendiri selain mereka dikenal sebagai pemberontak norma-norma yang ada di masyarakat Jepang, terdapat beberapa oknum kogal yang terlibat enjo kosai atau "paid dating". Hal tersebut dilakukan karena perilaku konsumtif mereka terhadap barang-barang fashion yang membuat mereka memerlukan uang untuk membeli barang tersebut sehingga mereka lebih memilih menemani jalan-jalan pria dewasa dibandingkan dengan pergi bersama teman-teman seusia mereka. Karena hal ini membuat pandangan negatif terhadap kogal (gyaru) di masyarakat, tentunya praktek enjo kosai ini tidak dilakukan oleh semua kogal (gyaru) dan hanya oknum-oknum tertentu.

Hingga saat ini gyaru telah berevolusi menjadi gaya yang lebih "glamor" dan identik dengan "materialistis". terdapat juga perbedaaan gyaru di daerah Shibuya dan Shinjuku, dimana kesan imut gyaru masih bisa dilihat di shibuya seperti hime gyaru sedangkan kesan seksi lebih ditonjolkan pada komunitas gyaru yang berada di Shinjuku yang dipengaruhi juga karena suasana night entertainment di Shinjuku.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun