Mohon tunggu...
Arsy Elia
Arsy Elia Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing

H

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Persuasi Kampanye 2019

14 Februari 2019   06:02 Diperbarui: 14 Februari 2019   22:07 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semua yang tertuang dalam tulisan ini hanyalah pendapat dan fikiran pribadi tanpa menyinggung atau mendukung salah satu calon dalam Pemilu 2019. 

Tulisan ini merupakan wadah bagi saya menyampaikan kondisi perpolitikan saat ini yang tiba-tiba saja terpikirkan setelah saya membaca buku "The Art Of Dealing With People" karya Les Giblin.

Topiknya adalah Apa Kabar Pemilu 2019 ? Tak terasa tinggal 2 bulan lagi menuju 17 April 2019 dan setiap masyarakat Indonesia diberikan hak yang dilindungi Undang-Undang untuk bebas memilih presidennya pada tanggal tersebut. 

Masa Kampanye masih berlangsung hingga 13 April nanti, masing-masing pendukung calon presiden RI berlomba-lomba menyuarakan pendapatnya dan melakukan teknik "persuasi" untuk meyakinkan masyarakat agar memilih suara yang sama dengannya.

Lalu apa yang terlewat ?

Kampanye hitam sudah menjadi makanan wajib setiap Pemilu diselenggarakan. Kampanye hitam merupakan kegiatan yang dilakukan suatu kelompok dengan mengeluarkan propaganda negatif dengan tujuan menjatuhkan kelompok lain. 

Banyak cara untuk melakukan kampanye hitam seperti melakukan kebohongan tentang kelompok lawan, menyinggung hal-hal terkait pribadi yang tidak berhubungan dengan keberjalanan pemilu, ataupun membuat berita palsu suatu kelompok lain kepada Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu). 

Pertanyaan saya adalah mengapa kampanye hitam itu dilakukan ? Apakah tidak ada cara lain yang lebih efektif untuk memenangkan sebuah pemilu tanpa menjatuhkan lawan? 

Sayangnya, saat ini yang saya liat dari masing-masing pendukung calon (tidak mengeneralisasi yang artinya ada sebagian dari kelompok) adalah menjatuhkan lawan sehingga "tampak" terlihat baik ataupun unggul. 

Padahal hal tersebut akan membuat ego masing-masing kelompok akan meninggi terhadap pilihannya dan akhirnya persaingan terus berlangsung secara negatif.

Berkaitan dengan buku yang saya baca, cara tersebut tidak efektif untuk mengubah suatu pandangan masyarakat terhadap kelompok tertentu, sehingga kelompok tersebut dapat memenangkan Pemilu 2019 dengan memperoleh suara terbanyak. 

Memang, penyampaian visi, misi, dan program yang disampaikan masing-masing calon tidaklah cukup meyakinkan masyarakat Indonesia yang beraneka ragam ini. 

Tetapi opsi tersebut dapat diprioritaskan dibandingkan menjatuhkan lawan. Seorang pembisnis pernah berkata apabila, "Janganlah menyaingi lawanmu, akan tetapi berjalanlah bersamanya menuju yang terbaik." Oleh karena itu jangan berlomba untuk mencari keburukan lawan, akan tetapi berlombalah menawarkan program yang baik untuk masyarakat Indonesia.

Inilah tantangannya, bagaimana meyakinkan masyarakat terhadap program yang ditawarkan masing-masing calon. Masyarakat Indonesia nyatanya "pintar" untuk membedakan mana yang merupakan janji-janji dan komitmen untuk menjalankannya. 

Oleh karena itu, salah satu teknik "persuasi" penyampaian program agar diterima masyarakat adalah mengubah pikiran mereka agar bagaimana caranya melihat sudut pandang calon dan akhirnya melalui alam bawah sadar yang mereka hendaki, mereka akan mendukung calon tersebut.

Jadi, stop saling menjatuhkan

Bersama-sama bersaing untuk Indonesia yang lebih baik

Sangat terbuka terhadap kritik atas pendapat dan fikiran yang saya utarakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun