Mohon tunggu...
Arsyad Hasan
Arsyad Hasan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masyarakat Hanya Dididik Politik Formalitas pada Sudut Pandang yang Sempit

17 Oktober 2018   12:33 Diperbarui: 17 Oktober 2018   19:20 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika kita berdiskusi mengenai politik, banyak orang akan sepakat bahwa kita akan bicara tentang parpol, pemilu, DPR, Presiden, kampanye, dan atribut-atribut demokrasi lainnya. 

Masyarakat kita di didik selama bergenerasi untuk memahami politik dari sudut pandang formalitas-sempit belaka. 

Pengetahuan dan pendidikan politik masyarakat kita hanya terbatas dengan suprastruktur politik dan infrastruktur politik. Suprastruktur politik adalah lembaga-lembaga formal negara, seperti Presiden, DPR, DPD, BPK, dan kelembagaan lainnya. Sedangkan infrastruktur politik adalah hal-hal yang menjadi pendukung pemerintahan namun keberadaannya di luar pemerintah, seperti partai politik, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, pers, dan mitra-mitra lainnya. 

Sehingga yang dipahami oleh bangsa ini mengenai politik adalah hanya rangkaian kegiatan untuk mengisi jabatan-jabatan formal pemerintahan. Akibatnya, partai politik yang kini tengah eksis pun turut memahami kegiatan politiknya dari sudut pandang formal-sempit juga. 

Kini politik menjadi kegiatan yang terpisah dari masyarakatnya dan hanya parpol yang memiliki legitimasi untuk memonopolinya. 

Bagi masyarakat kini, kegiatan berpolitik mereka hanya sebatas pesta demokrasi pemilu, hal selanjutnya sudah menjadi urusannya para politikus. Pendidikan politik yang keliru ini bermula dari era Suharto yang selama 32 tahun lamanya telah mengajari masyarakat kita untuk memahami politik secara sempit, pasif, dan keliru.

Sempit
Karena kita hanya diajari politik sebagai mekanisme hubungan antara infrastruktur politik dengan suprastruktur politik belaka. 

Pasif
Karena kita dibiasakan untuk menunggu pemilu saja, diluar itu sudah menjadi porsi para politikus. 

Keliru
Karena kita selalu diancam bahwa politik itu kotor dan hanya orang tertentu saja yang boleh kotor demi kebaikan kita semua. Kegiatan politik yang tidak sehat seperti ini kemudian berjalan selama bertahun-tahun, yang akhirnya membentuk masyarakat kita buta politik.

Padahal jika masyarakat kita mau untuk melihat politik dalam aspek yang lebih luas, sehingga politik tidak lagi menjadi monopoli dari parpol dan politikus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun