Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pemburu Cicak

19 Oktober 2017   19:05 Diperbarui: 19 Oktober 2017   19:18 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : www.satujam.com


Kau tembak cicak. Untuk sekian kali. Di musim panen. Musim panen bagi yang berdasi. 

Di kandang burung hantu. Kau kurung cicak. Cicak kau remah hingga lemas. Lalu, kau ludahi.

Diantara sekian juta mata dan telinga. Corong kau genggam erat. Genggaman tangan kiri. Tak henti menghujat dan memaki. Hilang naluri. Ah.... muak dan mau muntah.


Di saat corong pindah tangan. Cicak dimandikan dengan sabun wangi. Handuk warna merah dan putih, masih setia membersihkan. Dari ludah yang tak pernah berhenti dilempar olehmu.


Kulihat dirimu. Tanpa corong. Menutup telinga. Mata kau ajak merayapi dinding. Sebisa mungkin sembunyikan sudut-sudut sempit ambisimu. Yang kau pintal demi kursi. Yang mulai goyang. Dan sesungguhnya sudah lama goyah. Ah.... muntah sudah.

ariefrsaleh

NKRI, 15102017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun