Mohon tunggu...
Ahmad Rosidin
Ahmad Rosidin Mohon Tunggu... -

pembaca narasi-narasi politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Debat Capres dan Memilih Pemimpin Bangsa

19 Februari 2019   17:48 Diperbarui: 19 Februari 2019   18:42 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemungutan suara Pemilu 2019 Indonesia tinggal menghitung hari. Kita sudah sama-sama menyaksikan Debat Capres yang kedua. Pasangan calon Jokowi-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sudah menyampaikan visi dan misinya. Baik untuk sektor hukum, HAM, korupsi dan terorisme pada debat pertama. Maupun visi dan misinya terkait pembangunan energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup pada debat kedua.

Pasca kedua debat itu opini dan penilaian publik berbeda-beda. Tak perlu pula kita membahas pandangan Tim Sukses (Timses) dan pendukung berat masing-masing Capres. Sebab bagi mereka, Capres yang mereka dukung adalah yang terbaik, yang paling unggul, dan yang paling tepat untuk mengemban amanah sebagai Presiden RI periode 2019-2024.

Namun, rakyat yang berada di luar Timses dan pendukung beratnya sepakat kalau kualitas debat tidak sesuai harapan rakyat. Performance termasuk gagasan dan tawaran solusi masing-masing Capres juga di bawah standar. Kesimpulannya, kedua-duanya harus meningkatkan kapabilitas kalau ingin jadi Presiden yang baik.

***

Rakyat tentu tidak hanya melihat sisi Capres dari debat yang dilakukan. Mengapa? Rakyat sadar kita ini ingin memilih pemimpin bangsa yang cakap dan mampu memimpin 260 juta manusia. Cakap dan mampu memimpin Indonesia yang kini anggota G-20 dan negara terbesar di ASEAN. Pemimpin yang mampu membawa Indonesia mengambil manfaat yang maksimal dari anugerah bonus demografi selama rentang waktu 2020- 2035, yang mencapai puncaknya pada 2030.

Tentu kualifikasi Presiden Republik Indonesia harus sangat tinggi. Kualifikasi ini meliputi visi, kepemimpinan dan manajemen pemerintahan dan kemampuan untuk mencari solusi dan menetapkan kebijakan yang tepat. Dan juga yang tidak kalah pentingnya harus memiliki karakter dan integritas sebagai pemimpin bangsa.

Harus digarisbawahi karakter dan integritas inilah yang sangat mutlak dimiliki pemimpin puncak Indonesia. Karena dialah teladan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dia adalah sosok yang kuat, tegas dan meletakan kepentingan bangsa dan negara di atas ambisi pribadi atau golongan. Dia adalah pemimpin yang ketika berbicara, tidak dusta; berjanji, ditepati; dan jika diberi amanah, tidak khianat.

Itulah pemimpin yang berkarakter dan berintegritas yang dengan sendirinya akan diikuti oleh rakyat yang berkarakter dan berintegritas pula. Hanya dengan cara itu, tujuan kemerdekaan Indonesia dapat kita capai yaitu masyarakat yang cerdas, sejahtera, aman, damai dan berperan positif di dunia internasional.

***

Mari kita lihat aspek debat dan pemilihan pemimpin bangsa terutama dikaitkan dengan integritas. Debat Capres kedua semalam, ada yang mengusik pikiran rakyat. Yaitu tentang aspek kejujuran seorang pemimpin. Dengan terbantahnya sekian banyak fakta yang disampaikan Capres Jokowi yang ternyata tidak mengundungi kebenaran alias salah, tentu tidak mungkin diterima dan dimaafkan publik karena menyangkut aspek kejujuran. Ada yang bilang kalau seseorang agak kurang cakap, masih bisa diterima tetapi kalau tidak jujur alias berbohong, tidak mungkin diterima. Ini merupakan catatan besar bagi Capres Jokowi yang sekarang adalah Presiden Indonesia yang sedang menjabat.

Satu lagi masih menyangkut karakter kepribadian dan integritas adalah berkaitan dengan realisasi janji-janji Presiden Jokowi. Hal ini mungkin tidak ditanyakan dalam debat, tapi ingat rakyat akan memilih  pemimpin untuk 5 tahun mendatang. Nah kalau banyak janji tidak ditepati maka rakyat akan menyebutnya sebagai ingkar janji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun