Mohon tunggu...
Khaerul Ikhwan
Khaerul Ikhwan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir dari kesederhanaan kini tumbuh semakin kokoh terus berjuang kearah kemajuan (MM)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sarung Goyor Pekunden, Kebanggaan yang Tidak Dibanggakan

11 Agustus 2011   08:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:54 1377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="432" caption="Sarung Goyor"][/caption] Mlaki-Wanarejan merupakan sentra tenun atbm di pemalang. Jika kita berkeliling di daerah wanarejan akan kita jumpai banyak pembuat sarung tenun ini. Salah satunya adalah pak nuridin. Dia memproses sarung tenun ini dari awal hingga jadi dirumahnya. Dia mengambil bahan baku yaitu benang dari salah satu pengepul didesa ini. Proses pembuatan sarung ini sangatlah rumit. Ada sekitar 17 proses didalamnya. Bagian penting dalam proses pembuatan sarung ini adalah pakan dan lungsen. Pakan merupakan gulungan benang pada klenting yang telah melalui proses yang digunakan sebagai pembentuk motif pada kain sarung. Sedangkan lungsen adalah gulungan benang pada "bum" yang digunakan sebagai dasar pada proses tenun. Proses pembuatan pakan dikerjakan dalam waktu kurang lebih seminggu. Dimulai dari benang mentah yang kemudian diberi pewarna putih karena benang dasar ini warn aputihnya kusam. Setelah benang ini diwarnai kemudian dijemur untuk proses pengeringan, setelah benang yang sudah berwarna ini kering kemudian dilakukan proses pe-lerek-an (dilerek) yaitu benang digulung menjadi gulungan dalam gelok kecil. Dalam sekali proses penenunan digunakan 48 gelok. Kemudian dari 48 gulungan benang dalam gelok tersebut dilakukan proses pem-baki-an. Yaitu benang digulung dalam suatu alat baki menjadi gulungan enang yang tertata rapi seperti lembaran. Setelah ini dilakukan proses penggambaran, proses penggambaran ini seperti proses sketsa seperti orang yang mau melukis, membentuk pola motif kain. Setelah proses penggambaran selesai, maka gambar motif itu ditutup untuk membentuk pola ketika akan dicelup untuk diwarnai. Proses pembentukan pola kali ini dilakukan dengan cara menutup beberapa pola dengan menggunakan tali rafia (ditali). Setelah pola dibentuk dengan ditali, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan dengan dicelup dan selanjutnya dijemur untuk dikeringkan. Seteah baki-an kering, selanjutnya sebagian motif yang ditali tadi di-preteli (dilepas) untuk kemudian dicolet, yaitu diberi motif tambahan dengan cara dicolet (coret). Setelah proses penambahan motif ini selesai kemudian di-pretel lagi secara keseluruhan tali-tali tadi dan dibongkar dari alat baki tadi. Kemudia di-lerek dengan alat lerek menjadi gulungan benang yang bermotif ke dalam klenting. Gulungan benang bermotif pada klenting ini yang kemudian disebut sebagai pakan yang akan digunakan pada proses tenun. Semua proses ini kira-kira selesai selama seminggu. [caption id="" align="alignright" width="432" caption="Si Gundul mencoba belajar proses penenunan"][/caption] Selanjutnya adalah proses pembuatan lungsen. Lungsen juga berawal dari benang mentah yang diwarnai dan dijemur. Setelah benang yang diwarnai tadi kering kemudian di lerek kedalam gelok-gelok kecil. Pada sekali proses tenun dibutuhkan 130 gelok. Setelah proses penggelokan selesai kemudian dikenteng. Proses kenteng ini dilakukan dengan menggulung 130 gelok tadi menjadi satu gulungan besar (satu bum) yang akan digunakan sebagai bahan dasar tenun. Setelah pakan dan lungsen selesai, barulah proses tenun dilakukan. Dalam sehari satu orang bisa menenun kurang lebih 6 meter kain. Untuk menjadi 1 sarung dibutuhkan kain sepanjang 4 meter. Sebagian masyarakat mlaki-wanarejan berprofesi sebagai buruh tenun. Ada dari mereka yang menjadi pekerja di ukm-ukm yang skalanya lebih besar, ada sebagian lagi yang mengerjakannya di rumah dengan sistem ambil bahan entah dan setor barang jadi. Para buruh dan masyarakat yang memiliki usaha tenun ini memasarkan hasil tenunnya ke beberapa pengepul di desa ini. Ada satu hari yang dijadikan sebagai hari setor yaitu hari kamis malam (malam jumat). Pada hari tersebut semua buruh dan pengusaha tenun menyetorkan/menjual hasilnya ke pengepul dan hari jumat mereka gunakan sebagai hari libur. Pak Nuridin ini salah satu sosok masyarakat mlaki-wanarejan yang menggantungkan hidupnya dari menenun. Awalnya dia bekerja di sebuah juragan tenun sampai kemudian dia mengerjakan semua prosesnya dirumah. Dia memiliki satu alat tenun di rumahnya, jadi dia hanya mengambil bahan mentah ( benang ) di salah satu juragan, kemudian mengerjakan prosesnya dari awal sampai akhir di rumahnya. [caption id="" align="alignleft" width="432" caption="Si gundul belajar membaki"][/caption] Sayangnya tidak semua warga Pemalang tau keberadaan sarung tenun ini. Keberadaan sarung goyor ini juga seakan hanya terlintas saja. Pengepul-pengepul besar justru berada diluar kota Pemalang. Para pembuat sarung ini hanya tau sarungnya dikirim hingga luar negeri tanpa tau kenegara mana dan siapa yang mengirim.  Pemerintah daerahpun seakan tidak memberikan perhatian lebih terhadap potensi daerah ini. Pengetahuan tentang pengembangan dan inovasi dirasa perlu bagi para pengusaha tenun. Kesadaran akan limbah industri yang dihasilkan juga sangat perlu bagi masyarakat sehingga tidak akan terjadi polusi tanah dan air seperti yang terjadi sekarang. Beberapa waktu yang lalu eksistensi sarung goyor ini mulai mendapat sorotan dari media. Salah satu media yang menyorot keberadaan pengerajin ini adalah Stasiun TV swasta nasional yang meliput proses pembuatan sarung goyor dari awal sampai siap untuk dijual. Semoga dengan adanya liputan ini bisa lebih mengangkat keberadaan mereka dan membuat para pihak yang terkait untuk membantu baik dalam bentukpelatihan maupun modal sehingga usaha mereka ini bisa berkembang dalam segi kuaitas sehingga bisa mengangkat perekonomian mereka. (arl/EGII) Baca juga: Pemalang "Digunduli"

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun