Tangan yang tak secepat anak-anak muda yang usianya hampir berselisih sepuluh tahun itu terus diusahakan untuk bergerak sekuat tenaga.
Kaki-kaki yang harus diberi perlakukan khusus karena tak sekokoh beberapa tahun lalu itu juga mesti menapak di lapangan demi Indonesia.
Akan tetapi, begitulah, Ahsan/Hendra sudah tak mampu. Lawan bukan saja lebih muda, tapi dapat dikatakan lebih cepat dan lebih taktis.
Sudah cukup bagi Ahsan dan Hendra.Â
Olimpiade Tokyo 2020 ini dapat disebut akan menjadi Olimpiade terakhir mereka setelah di Rio de Janeiro 2016 mereka tampil buruk karena tak lolos dari fase grup sekalipun.
Ahsan/Hendra sudah berusaha memberikan terbaik untuk Indonesia. Puluhan gelar turnamen membuat Merah Putih berkibar dimana-mana, termasuk medali emas di Asian Games Incheon 2014.
Kita memang berharap lebih dari mereka, tetapi sudah lebih dari cukup apa yang telah diberikan mereka untuk bangsa ini.Â
Mungkin mereka masih akan antusias untuk bermain di level BWF saja, tetapi di Olimpiade, sekali lagi, ini adalah pencapaian terbaik mereka.
Saya berusaha jujur dengan mengatakan bahwa kekalahan ini terlalu mudah bagi ganda sekuat Ahsan/Hendra.
Akan tetapi saya juga tak mau kesedihan itu membuat saya tidak mampu menghargai apa yang pernah dilakukan Ahsan/Hendra bagi Indonesia.
Harap kecil saya. Kekalahan ini dapat memotivasi para atlit ganda putra yang lebih muda, bahwa pada Olimpiade Tokyo 2020, The Daddies bernama Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan sanggup melangkah dan berada di garis paling akhir.