Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bukan Coca-Cola, Christiano Ronaldo Cs Terancam Pulang Lebih Cepat Karena Ini

20 Juni 2021   17:18 Diperbarui: 20 Juni 2021   17:30 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Photo by CHRISTOF STACHE / POOL / AFP).

Salah satu hal penting yang menjadi catatan saya adalah bagaimana Santos  memilih Danilo dan William sebagai double defensive midfielder dalam melayani skema 3-5-2 milik Jerman. Dalam skenario ini, Portugal dipaksa bertahan lebih dalam sehingga memaksa peran Bruno Fernandez menjadi mubazir.

Fernandez yang tampil ciamik jika Portu bermain terbuka dan ofensif, bahkan hampir tak terlihat di lapangan karena dipaksa untuk turun membantu bertahan. Bisa dimaklumi Fernando Santos memilih strategi seperti ini, karena tiga poin setelah mengalahkan Hongaria di laga pertama bisa jadi nyaman dengna tambahan poin satu poin jika hasilnya imbang.

Akan tetapi hal itu tidak berjalan sempurna bahkan gagal total bagi Santos. Memang Portugal berhasil mencuri gol lebih dahulu dari sebuah serangan balik, tapi persoalan membiarkan Jerman bebas menaikkan garis serang mereka terlampau mahal harganya.

Perhatikan saja, kedua sayap Jerman, Robin Gosens dan Joshua Kimmich bebas bergerak, karena Nelson Semedo dan Rafa Guerrero yang hadap berhadapan dengan mereka namapk kikuk karena tidak terbiasa untuk bertahan saja, seperti lupa ingatan untuk menyerang.

Apalagi ditambah dengan pergerakan dinamis dari Kai Harvetz, Serge Gnabry dan Thomas Mueller yang mengacak-acak seraya memancing mereka untuk masuk ke gari kotak penalit, membuat ruang kosong di sektor garis pinggir kiri dan kanan pertahanan.

Ketidakmampuan gelandang untuk menguasai bola lebih banyak dan bek sayap yang pontang-panting karena harus bertahan saja membuat Portugal benar-benar kepayahan.

Di awal babak kedua, Fernando Santos sempat menyadarinya. Renato Sanchez masuk lapangan, bahkan Bruno Fernandez digantikan Joao Moutinho akan tetapi sudah terlambat bahkan masih kurang akurat.

Maksud saya begini, Jerman sudah terlampau percaya diri dengan keunggulan mereka 2-1, selain itu Fernando Santos juga ragu untuk menarik keluar bek sayap yang notabene lemah dalam bertahan khususnya Nelson Semedo.

Semedo menjadi titik paling lemah bagi Portu karena tak mampu menahan pergerakan Robin Gosens. Santos merasa bahwa memasukkan Renato akan mampu menghentikan Gosens. Ternyata tidak, Gosens terus tampil menggila di laga tersebut sehingga diganjar man of the match.

Saya kira ini yang membedakan pendekatan Santos dan pelatih Prancis, Didier Deschamps. Ada dinamisasi yang dimainkan oleh Deschamps saat meladeni Jerman. Bek kiri, Lucas Hernandez lebih dipilih karena lebih bisa bertahan dibandingkan dengan Lucas Digne--yang dimainkan saat melawan Hongaria.

Bukan itu saja, Rabiot, Pogba dan N'Golo Kante menjadi gelandang yang sangat seimbang dalam bertahan maupun mampu menjadi kreator serangan. Inilah yang membuat Prancis lebih mampu menahan dan mengalahkan Jerman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun