Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ada Apa dengan Lazio?

25 Juli 2020   21:20 Diperbarui: 25 Juli 2020   21:14 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ; Foto: EPA/Angelo Carconi

Bagi pecinta Seri A, Lazio adalah harapan. Harapan untuk membuat kebosanan terhadap hegemoni Juventus di kasta tertinggi sepak bola Italia itu berakhir.

Alasannya adalah performadari Lazio. Lazio pernah memuncaki klasemen, atau menempel ketat Juventus, bahkan pernah mengalahkan Juventus di dua laga, di Piala Super Italia dan satu laga kompetisi berjalan.

Namun semua harapan itu akhirnya pupus. Lazio terjerembab dengan penampilan yang angin-anginan. Hasilnya, menjelang sisa tiga laga kompetisi, Lazio hanya berada di peringkat empat, batas akhir kelolosan ke Leiga Champions.

Sebenarnya ada apa dengan Lazio? Mengapa di masa new normal, Lazio seperti "sakit", tampil loyo dan tidak menggairahkan seperti sebelum-sebelumnya.

Untuk ini paling tidak saya akan memberikan tiga alasan. Pertama, Lazio tidak memiliki kedalaman skuad yang mumpuni. Ada tiga pemain kunci yang menentukan prestasi Lazio yakni Ciro Immobile, Luis Alberto dan Milinkovic-Savis.

Menjadi persoalan besar ketika ketiga pemain ini tidak tampil prima, atau tidak tampil karena cedera atau mendapat hukuman, maka Lazio menjadi lumpuh, bahkan dapat dikatakan kehilangan kekuatan, lemah dan lesu.

Dalam beberapa partai, ketika Ciro Immobile tidak tampil maka lini depan Lazio seperti tumpul, giginya ompong. Begitu juga ketika Lazio kehilangan Luis Alberto, gelangan kreatif andalan mereka, Lazio seperti kebingungan mengalirkan bola.

Dalam laga terakhir melawan Juventus, ketika Lazio kalah dari Juventus 1-2, tanpa Luis Alberto, lini tengah Lazio tidak dapat menandingi lini tengah Juventus yang sebenarnya sepanjang musim juga tak tampil istimewa.

Seharusnya, ketika Immobile atau Luis Alberto tidak tampil, maka Lazio mesti memiliki pelapis yang berkualitas, sayangnya itu tidak ada dan atau jika diusahakan juga, tidak memiliki efek positif  di lapangan hijau.

Kedua, momentum bagi Lazio sepertinya sudah lewat. Ini seperti pemain tenis yang sudah afdol dengan raketnya dan pukulannya sudah "dapet", lalu tiba-tiba datanglah hujan, sehingga sang petenis seperti restart dari nol lagi, karena harus berisitirahat. Inilah yang mungkin terjadi dengan Lazio.

Jika tidak diserang pandemi Covid-19 sehingga kompetisi dihentikan sementara, Lazio mungkin saja berada di peringkat pertama atau paling tidak dapat terus menempel ketat Juventus, sayangnya masa baik bagi Lazio itu seperti sudah terlewati.

Lazio tidak bisa beradaptasi di masa new normal sehingga tidak tampil prima seperti sebelum-sebelumnya,namun tampak seperti klub baru yang baru mencoba-coba untuk mendapatkan performa yang terbaik bagi mereka.

Kehilangan momentum inilah yang membuat Ciro Immobile seperti kehilanga sentuhan mautnya, atau dapat dikatakan telah puas dengan performanya yang menduduki puncak top skor. Padahal laga masih panjang.

Ketiga, Simone Inzaghi gagal untuk menaikkan kembali motivasi para pemain. Jika di basket, ketika sebuah tim yang merasa bahwa penampilannya mulai merosot, maka time out adalah kunci. Di momen ini, pelatih akan kembali menyemangati pemain dan memberikan sentuhan perubahan.

Sebagai pelatih muda yang mencuri perhatian karena kejeniusan meracik taktinya, Inzaghi semestinya mampu menaikkan motivasi para pemain untuk kembali tampi prima, sembari dapat mengutak-atik strategi, sayangnya itu tidak terlihat dilakukan oleh Inzaghi.

Ah, bukankah saat ini semua pelatih melalui masa yang berat sepeti ini di Seri A?  Mungkin saja, tetapi tidak semua karena ada contoh apik bagaimana seorang pelatih dapat merubah timnya tampil hebat dan konsisten yakni pelatih  Milan, Stephen Pioli.

Pioli mampu membuat AC Milan tancap gas dengan sempurna. Pioli mampu memotivasi para pemin agar tampil lebih baik, hasilnya nyata, terlihat lebih jaya dari pelatih lainnya. Inzaghi tidak terlihat dan tampak tenggelam.

Saat ini Lazio bersama Juventus, Inter dan Atalanta sudah pasti melaju ke Liga Champions. Lazio tentu harus berbenah untuk minggu depan. Memperbaiki kedalaman skuad sembari memastikan momen hebat waktu sebelum pandemi tetap ada adalah PR yang harus segera dikerjakan. Mau tidak mau.

Selain itu Lazio pasti akan menghadapi persoalan baru ketika para pemainnya mulai dilego ke klub lain. Banyak klub menunjukan perhatian dan bertanya tentang kemungkinan transfer untuk pemain Lazio seperti Milinkovic-Savic, Luis Alberto dan lainnya.

Jika para pemain bintang ini  dijual dan Lazio tidak mampu menggantikan mereka dengan pemain yang minimal sama hebatnya, maka musim depan sepertinya tidak akan secerah musim ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun