Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jika Mumtaz Jadi Menteri Jokowi, Wajah Amien Rais Mau Ditaruh di Mana?

5 Juli 2020   10:38 Diperbarui: 5 Juli 2020   10:44 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien Rais dan Mumtaz Rais | Gambar: politiktoday

"Politik ini adalah the art of possibility. Seni dari segala kemungkinan. Saya tidak ingin mendahului takdir Allah, apalagi berandai-andai yang muluk-muluk. Bahkan posisi wamen saja tidak jadi masalah, yang penting capable untuk turut membantu rencana-rencana besar Pak Presiden untuk memakmurkan negeri. Siap melakukan yang terbaik,".

Kalimat langsung diatas diungkapkan oleh Ahmad Mumtaz Rais, Ketua DPP Partai Amanah Nasional (PAN) Bidang Pengembangan Organisasi dan Keanggotaan (POK) untuk menanggapi kabar tentang PAN yang menawarkan kepada Presiden Jokowi agar ada kadernya yang dijadikan menteri, dan santer orang itu adalah Mumtaz.

Paling tidak ada dua poin yang ingin disampaikan oleh Mumtaz. Pertama, dalam konteks Politik sebagai the art of possibility, seni kemungkinan, maka bisa saja Jokowi menunjuk dirinya, meski secara koalisi, PAN bisa disebut berada di garis pinggir saja. PAN masih menonton, dan berharap mendapat kesempatan untuk dilirik.

Kedua, hasrat menteri bahkan seperti dinomorduakan oleh Mumtaz dengan mengatakan bahwa jika menjadi wamen juga tidak masalah. PAN dan Muntaz seperti sangat bergairah masuk ke dalam pemerintahan dengan pasrah pada keinginan Jokowi saja, apa saja jabatannya ya okelah.

Ini tentu biasa jika melihat perilaku PAN dalam konstelasi politik nasional. Pola yang sama pernah terlihat sesudah Pilpres 2014 silam. 

Berada di posisi lawan pada Pilpres---saat itu PAN berada di pihak Prabowo-Hatta Rajasa, setahun kemudian (2015), saat reshuffle kabinet, PAN meminta untuk diikutkan untuk masuk pemerintahan, dan saat itu memang permintaan itu diterima oleh Koalisi Jokowi.

Akankah kali ini PAN juga mendapat "keberuntungan" yang sama? 

Jika dari posisi koalisi pemerintahan, kemungkinan itu tetap ada, bahkan besar pula mengingat tabiat politik Jokowi sangat jelas, satu kawan baru amatlah berharga sebagai aset kekuatan politik, sehingga akan lebih menarik melihat kemungkinan ini dari sisi internal PAN, khususnya relasi Mumtaz, PAN dan Amien Rais.

Mumtaz adalah anak ketiga dari Amien Rais, dan Amien Rais adalah tokoh politik yang hampir selalu tidak sehaluan dengan Jokowi dengan serapah politik mengkritik Jokowi. 

Terakhir, Amien Rais bahkan menyebut Jokowi sedang bersandiwara politik saat marah kepada para menterinya karena dianggap kurang memiliki sense of crisis dalam menangani pandemi virus Corona (COVID-19).

Lalu bagaimana jika Mumtaz menjadi menteri, bukankah seharusnya  Amien Rais menjadi malu? Ah, unik juga melihat ini. Pararelisme bahwa suara ayah sama dengan anak di politik tidak berlaku di sini. Secara politik batas itu hilang dengan sendirinya, berbeda pandangan, relasi keluarga menjadi tidak penting.

Mumtaz dalam Kongres PAN kemarin sudah berseberangan dengna Amien Rais dan kakaknya Hanafi Rais, Hanafi bahkan mengundurkan diri dari kepengurusan Zulkifli Hasan, dan direspon oleh Mumtaz sebagai tindakan yang tak dewasa secara politik.

Fakta bahwa Mumtaz adalah menantu dari Zulkifli Hasan menambah bumbu tersendiri, sehingga situasi fifty-fifty terjadi disini. Mumtaz memilih taat pada istri dan mertua, daripada kepada ayah dan kakak sendiri, jika menjadi menteri, tentu saja gap ini akan semakin lebar.

Lalu, sekali lagi pertanyaannya adalah apakah Amien Rais akan malu jika Mumtaz menjadi Menteri Jokowi? Bagi Amien Rais mungkin masak bodo jika hal itu terwujud. 

Hal ini beralas sikap berpolitik Amien Rais selama ini yang dapat dianggap sangat fleksibel tergantung arah angin. Saat PAN menjadi bagian koalisi pada 2015, Amien Rais diam saja, padahal sebelumnya rajin mengeluarkan kritik.

Malu untuk hal-hal berbau politik bukanlah suatu hal yang dipedomani Amien Rais. Banyak janji Amien Rais secara politik yang tidak ditepatinya, dan beliau santuy, asal dia bahagia menjadi seperti bunglon yang dapat  berubah warna juga dilakoninya.

Jadi, jika Mumtaz menjadi menteri ya, Amien Rais akan tetap begitu. Malah bisa saja arah angin dapat berubah, dengan Amien Rais akan mendukung Mumtaz dan PAN kembali. Alasannya? Mumtaz akan menjadi sosok yang paling siap untuk meneruskan kejayaan "Rais" di kancah perpolitikan nasional.

Apakah itu menjadi sasaran berpolitik Amien Rais selama ii? Disadari atau tidak, mendorong Hanafi dan Mumtaz untuk terjun di dunia politik, seperti sebagai sebuah persiapan bagi Amien Rais untuk mengkaderkan anak-anaknya menjadi tokoh politik yang menjanjikan di masa depan. 

Amien Rais harus diakui sudah meredup. Dinamika berpolitik terlalu membuat dirinya lelah di saat semakin uzur. Akan tetapi, Amien tentu berharap dari darahnya ada yang dapat meneruskan kiprah keluarga di kancah perpolitikan nasional. Jika benar demikian, apa saja akan dilakukan Amien Rais untuk mewujudkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun