Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah "All is Good", Anies?

27 Agustus 2019   09:55 Diperbarui: 28 Agustus 2019   12:58 1739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan I Gambar : Tribunews

Tema utamanya "Ibu Kota Pindah", tetapi entah mengapa, kemarin yang jadi salah satu bintang yang mencuri perhatian dan disorot media, terutama media daring adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Paling tidak ada dua peristiwa yang menyebabkan mengapa Anies mendapat sorotan. Pertama, pertemuan antara Anies Baswedan dengan dua gubernur pendahulunya, Ahok dan Djarot Saiful Hidayat. 

Momen langka tersebut terjadi setelah rapat paripurna istimewa pengambilan sumpah jabatan anggota DPRD DKI Jakarta periode 2019-2024 di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Sebenarnya bukan pertemuan sih jika istilah pertemuan itu diartikan duduk bersama mendiskusikan salah satu isu atau topik dalam jangka waktu yang agak lama.  Anies, Ahok dan Djarot  hanya saling cipika-cipiki (cium pipi kanan-cium pipi kiri), bersalaman dan saling bertegur sapa sejenak.

Kerumunan wartawan langsung menghampiri Anies, sosok yang dianggap sentral dalam momen tersebut. Kepada wartawan, Anies lantas mengatakanbahwa mereka hanya saling menanyakan kabar, dan  tidak ada hal khusus yang dibicarakan dengan Ahok.

"Enggak ngomong apa-apa, enggak ada yang khusus, (nanya) kabar aja, all is good," ujar Anies di Stasiun MRT Istora Mandiri, Jalan Jenderal Sudirman, Senin sore.

Apa sih yang diharapkan publik? Anies dan Ahok tatap-tatapan lebih lama? Waduh...

Namun publik juga tahu bahwa relasi antara mereka berdua di bulan Juni dan Juli ini memang sempat memanas, dimulai dari reklamasi.

Anies menyatakan bahwa Ahok cerdik yang dianggap sebagai menyindir Ahok secara langsung dalam disain reklamasi yang lantas lalu disambar Ahok dengan mengatakan bahwa Anies adalah gubernur yang hanya pintar ngomong.

Belum reda soal reklamasi, Anies dan Ahok saling sindir lagi soal sampah. Anies menyatakan bahwa masalah sampah adalah kesalahan gubernur sebelumnya, kali ini dibalas Djarot yang mengatakan bahwa konsep proyek sistem pengelolaan sampah terpadu atau intermediate treatment facility (ITF) yang dibanggakan Anies sudah ada sejak zaman Ahok.

Untuk ini sebenarnya all is not good selama Anies hanya terus mempertahankan citra saja sebagai orang yang berwawasan tanpa melakukan terobosan nyata.

Apalagi, relasi di antara mereka bertiga memang sudah terpisah cukup jauh karena atribut Anies pada awal kemunculannya sebagai tokoh intelektual publik yang melampaui sekat-sekat politik partisan dianggap ternoda ketika ada kesan bahwa Anies nampak kental memelihara sentimen agama demi mengalahkan Ahok.  

Kedua, Anies menjadi sorotan saat turut hadir mengikuti konferensi pers pemindahan ibu kota di Istana Negara.

Dalam konfrensi yang dipimpin Jokowi tersebut, Anies duduk di barisan paling kiri bangku yang disediakan untuk keterangan pers lokasi ibu kota baru tersebut berdampingan di sebelah Mensesneg Pratikno.

Setelah Jokowi dan Jusuf Kalla meninggalkan meja konfrensi, tiba-tiba Anies berdiri dan ingin keluar dari forum resmi tersebut.

"Pak, Pak Gubernur jangan pergi dulu Pak, masih live," ujar wartawan yang melihat Anies ingin keluar.  Kemudian Anies nampak ditahan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono agar tak pergi meninggalkan lokasi yang tengah menyampaikan keterangan resmi pemindahan ibu kota baru.

Dalam pertemuan tersebut Anies memang nampak lebih banyak diam, dan wajahnya terlihat banyak berpikir. Mungkin karena status Jakarta sebagai Ibu Kota akan segera hilang di masa kepemimpinan Anies.

Anies sempat berkomentar tentang wilayah keputusan yang kapasitasnya tidak bisa ikut menentukan tersebut. Anies menyebut pembangunan di Jakarta akan terus dilakukan sesuai perencanaan.

"Ibu kota, pusat pemerintahan, memang direncanakan berada di Kalimantan Timur, tetapi kegiatan pembangunan di Jakarta tidak otomatis berhenti, justru itu akan dipercepat. Kita targetkan sampai dengan tahun 2030," kata Anies, mungkin ingin menghibur diri.

Sebelumnya Anies mengatakan bahwa dirinya bersama masyarakat Jakarta harus siap menerima perubahan sebagai dampak pindahnya ibu kota.  "Memang sebuah kota harus siap untuk menghadapi perubahan-perubahan zaman. Tidak bisa kita mau statis terus. Saya percaya masyarakat bisnis di Jakarta akan dengan cepat melihat kesempatan-kesempatan baru dengan ada tantangan-tantangan baru," tutur Anies.

Salah satu yang dikuatirkan adalah janji-janji programatik Anies akan terganggu dengan perpindahan ini, apalagi berkaitan dengan kebutuhan dana yang digelontorkan pemerintah pusat bagi DKI Jakarta.

Jika hal itu terjadi,  pembangunan Jakarta akan sedikit tersendat dan Anies  harus bekerja keras agar pencitraan dirinya harus terjaga hingga 2022 ataupun 2024. Jika DKI tidak lagi menjadi fokus, Anies akan kerepotan mengembangkan citra jika target politiknya adalah 2024 nanti.  

Sepertinya, All is not good bagi Anies.

Sumber : 1 - 2 - 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun