Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Muncikari, Endang Tantri dan Madame Claude

11 Januari 2019   13:14 Diperbarui: 11 Januari 2019   13:30 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Madame Claude, Marlon Brando, Kennedy dan Ghadaffi I Gambar : Culturetrip

Gadis-gadis Madame Claude sangat menggairahkan sampai-sampai seorang Shah Iran setiap minggu mengurus penerbangan untuk mereka. Tidak sedikit dari gadis-gadis itu  akhirnya menikah dan sekarang tersenyum di halaman baru kediaman mewah mereka.

Hari itu Endang dan Tantri sedang bahagia. Menjemput rejeki di tahun 2019, kata mereka dalam hati. Handphone di tangan mereka bergantian  berdering.  Setelah diangkat, di ujung telepon, klien mereka, seorang pengusaha berinisial R, hanya ingin memastikan semua sudah beres. 

R kerap menyebut mereka sebagai muncikari atau germo.  Sebenarnya Endang dan Tantri tidak suka dipanggil demikian. Endang yang kerap dipanggil Tante Siska menyebut bahwa mereka hanya saling tolong menolong, bukan pengambil keuntungan.  R ingin dipuaskah syahwatnya, sedangkan mereka hanya mencari perempuan yang membutuhkan lebih banyak  uang.

Surabaya mendung sebagian hari itu, di kota ini transaksi seks akan dilaksanakan. Hotel sudah disiapkan. R sedang dalam perjalanan, sedangkan "Angel" kabarnya barusan mendarat. Seorang artis . Selain mengurus Angel ada seorang model yang juga  meminta tolong. Namanya juga bagus Avriella.

Dua kamar hotel telah dipastikan oleh mereka, bersih dan rapi.  Tak lama kemudian  R tiba begitu juga  Angel yang tidak mau terlalu lama membuang waktunya.  

Sedangkan Endang dan Tantri sudah cukup puas mengatur janji sekaligus fasilitas bagi orang yang mereka "tolong". Kedua wanita tersebut beristirahat sejenak, lupa bahwa  aktivitas mereka dapat dijerat hukum.

Sial bagi mereka di siang bolong.  Ketika klien mereka sedang indehoi, penggerebekan terjadi. Angel, Avriella dan R ditangkap pihak kepolisian, Endang Tantri juga ikut digelandang. Wajah mereka amat kusam hari itu.

Sesudah itu hari-hari mereka menjadi amat gelap, 80 Juta rupiah untuk membeli bola lampu sebanyak apapun tidak mampu membuat hari mereka kembali menjadi cerah. Mereka diinterogasi tak henti-hentinya. Angel dilepaskan, identitas R bahkan terkesan ditutup-tutupi.

Endang dan Tantri seperti ditinggalkan. Mengaku mengenal 45 artis dan 100 model di daftar mereka, tapi belum tentu mereka dikenal.  Bukankah begitu nasib para muncikari setelah situasi menjadi sulit?

Endang dan Tantri sendirian. Berulang kali mereka mengatakan bahwa mereka hanya menolong teman, semakin dekatlah mereka dengan jeruji penjara.  Mereka terancam dijerat dengan pasal berlapis UU ITE dan UU Prostitusi yang dapat membuat mereka dihukum  7 tahun penjara. 

Endang dan Tantri harus menghadapi itu semua sebagai nasib seorang muncikari.

***

Kisah Endang Tantri sebagai muncikari ini mengingatkan akan Madame Claude. Jika dibandingkan dengan Madame Claude, prestasi Madame Claude dengan Endang Tantri,   ibarat langit dan bumi, namun nasib mereka bisa dikatakan berakhir sama.

Terlahir di kota kecil Angers, Prancis  6 July 1963, wanita berwajah datar ini bernama asli Fernande Grudet. Muncikari ternama ini mengalami masa kejayaan tahun 1960-an hingga 1970-an. Tidak pernah ada Madam yang berbakat atau sukses dalam sejarah prostitusi modern. Meski bekerja sebagai Muncikari, namun Madame Claude sangat dihormati.

Selain para pemimpin dunia dan elite Hollywood, para duta besar, bangsawan dan raja-raja dari Timur Tengah juga memanfaatkan jasanya. Gadis-gadis di bawah asuhannya memang sangat menggairahkan.

Saking sangat menggairahkan sampai-sampai seorang Shah Iran setiap minggu mengurus penerbangan untuk kedatangan mereka dari Paris.

Bagi Madame Claude kata kuncinya adalah kehormatan.  Madame Claude tidak menyukai kata "pelacuran" atau prostitusi dilekatkan pada dirinya maupun bisnisnya. Dia juga melarang penggunaan kata "klien." Ini adalah kata-kata rumah bordil dan rumah-rumah yang kotor, najis baginya.

Klien adalah "teman" -nya, "bahkan" keluarga "-nya, dan mereka di dalamnya termasuk raja---Shah Iran, yang memiliki perintah tetap mingguan untuk gadis-gadis Claude dalam penerbangan kerajaan ke Teheran pada hari Jumat adalah  seorang raja Timur Tengah.

Selain raja, ada pula presiden, menteri, duta besar, dan banyak" pemimpin industry. Untuk bagian terakhir,  tampaknya gadis-gadis Madame Claude adalah langganan penguasa  industri di Italia.

Klien papan atas ini tertarik jelas karena layanan gadis panggilan dengan kualitas tinggi dan eksklusivitas. Hal ini nampak pada saat itu bahwa "gadis-gadis Claude" adalah tidak dapat dibedakan dari wanita muda paling cantik saat itu di Prancis, bahkan berkencan dengan para wanita ini bisa disebut sebagai sebuah kehormatan.

Gadis-gadis yang disebut sebagai Rue Princesse itu nampak terbiasa menikmati gaya hidup di restoran terkenal seperti  Maxim, di Jimmy'z di Montparnasse, atau di Castel, klub malam yang selalu modis di Paris. Gadis-gadis itu juga nampak menarik bukan secara fisik saja tapi juga seara kepribadian, anggun.

"Gadis itu harus tepat seperti yang dibutuhkan," kata Madame Claude, dalam sebuah wawancara di awal 1980-an dengan Vanity Fair.

Madame Claude mengajari para gadisnya semua yang mereka  tidak tahu. Mulai mengajari cara berpakaian dengan mengirim mereka ke toko bernama Rty di Rue Saint Honor, yang berspesialisasi dalam pakaian untuk calon istri Dynasty.

Mereka pada taat karena Claude yang turun langsung merekrut mereka.  Jika ada yang berkata darimana mereka direkrut,  mereka akan berkata dari  'Neuilly', sebutan untuk kota pinggiran yang rimbun di luar Paris.

Utuk menguji kemampuan seks mereka, "Gadis-gadis baru" di sekolah Madame Claude yang eksklusif akan diadili oleh kelompok "essayeurs" terpilih --- pria yang ia kenal dan percayai.  Para pria ini yang akan menguji dan menilai kemampuan para wanita Claude. "Mereka membayarnya" kata Madame Claude tentang para Essayeurs.

Madame Claude memiliki sekitar dua ratus gadis yang bisa dikunjungi, dengan dua puluh atau tiga puluh yang dianggap favorit. Pada tahun 1977 ia menagih Fr 1.500 ($ 300) untuk sore hari , Fr 3.000 ($ 600) untuk malam (delapan PM ke dua A.M.), Fr 5.000 ($ 1.000) untuk sepanjang hari. Akhir pekan bisa dinegosiasikan. Dari ini dia akan mengambil komisi 30 persen.

Lebih khusus,  Madame Claude menyukai gadis-gadis dari keluarga yang baik, dan mengetahui latar belakang mereka.  Claude juga  memerintahkan mereka untuk membeli koper Vuitton dan menyimpan koper (yang isinya akan dia selalu periksa) selalu siap. Dia juga mengirim mereka ke penata rambut untuk rambut mereka. Dia juga mengajari mereka bagaimana berperilaku di masyarakat.

Soal komunikasi juga diperhatikan dengan jeli oleh Claude.  Wanita-wanita Claude harus sering membaca buku dan bisa berbahasa Inggris.

Inilah yang membuat Rue Princesse terkesan percaya diri  di depan seorang raja, tiga pangeran, empat menteri, dan lima duta besar pada jamuan makan malam resmi---mereka pernah dipanggil dalam waktu singkat ke makan malam resmi oleh Quai d'Orsay (kementerian urusan luar negeri) atau Istana lyse (presiden).

Mereka memang istimewa, itulah sebabnya sebelum kematiannya pada 19 Desember 2015, Madame Claude mengirim semua data pribadinya kepada William Stadiem. 

Madame Cloud, Muncikari terhebat sepanjang sejarah I Gambar : jarrahotel
Madame Cloud, Muncikari terhebat sepanjang sejarah I Gambar : jarrahotel
 Claude mengatakan bahwa John F. Kennedy pernah meminta seorang wanita yang tampak persis seperti istrinya; Jackie Kennedy, tapi penampilannya haruslah "hot". Sedangkan pemimpin kharismatik Lybia, Gaddafi disebut adalah pelanggan setia  jasanya sejak era tahun 1960-an hingga 1970-an. Di barisan aktor, ada nama Marlon Brando, aktor Amerika Serikat yang terkenal pada jaman itu.

Hal ini seperti menjelaskan bahwa meski  secara tersirat ditentang oleh pemimpin Prancis saat itu seperti Charles De Gaulle maupun Georges Pompideu, namun tanpa disadari Claude menjadi perpanjangan tangan dari negara Prancis untuk memperkenalkan diri ala "Madame Claude".  

Dia menjalankan bisnisnya dengan ketat dan meraih keuntungan besar sampai 1977, ketika dia melarikan diri ke Los Angeles di hadapan permintaan pajak besar oleh Pemerintah Prancis yang dia abaikan selama bertahun-tahun.

***

Akhir kehidupan para Mucikari gampang ditebak, setelah bisnisnya itu hancur, hancur juga kehdiupan Claude. Claude  adalah orang yang tenang, tidak mudah takut. Dia membela diri dan memberi alasan menolak membayar pajaknya karena negara Prancis mengatakan bahwa dia melakukan bisnis yang  ilegal.

"Mengapa saya harus memberikan uang buruk kepada negara?" kata  Madame Claude. "Saya tidak ingin negara Prancis menjadi germo bersama saya."  

Setelah balik ke Prancis, kehidupan Claude bertambah sulit. Pada 19 Desember 2015, Claude ditemukan meninggal di sebuah apartemen kecil di Nice, Prancis setelah cukup lama mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Teringat apa yang dikatakan oleh Claude dahulu. "Saya menawarkan layanan. Sebuah layanan yang berarti jauh lebih dari sekadar memperkenalkan seorang pria kepada seorang wanita. Tapi memberikan mereka kehidupan yang baru"

Begitulah akhir kehidupan muncikari terhebat dalam sejarah.

Referensi : 

1. Madame Sex - VanityFair

2. Behind Claude Door - Vanity Fair

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun