"Jalan Samurai ditemui dalam kematian, Apabila tiba pada kematian, yang ada hanya pilihan yang pantas untuk kematian"
Jepang mengenal Samurai sebagai jalan hidup atau merujuk kepada orang. Pada awalnya, Samurai digunakan untuk menyebut orang yang mengabdi kepada para bangsawan atau disebut sebagai "Saburau" pada tahun 710-784 pada zaman Nara.
"Saburau" ini akhirnya berinovasi karena orang yang mengabdi ini juga dipersenjatai sehingga menggunakan kata "bushi" dalam kesehariannya. Sehingga pada zaman Azuchi-Momoyama (1573-1600) berubah menjadi Samurai, yang berarti orang yang mengabdi.
Lebih dalam dari itu adalah filosofi Samurai tentang kematian, dikatakan bahwa Jalan Samurai ditemui dalam kematian, Apabila tiba pada kematian yang ada hanya pilihan yang pantas untuk kematian.
Meskipun filosofi ini sempat ditafsirkan dengan kesesatan berbagai cara bunuh diri, namun jelas ingin dikatakan bahwa pilihan untuk menjadi seorang Samurai adalah pilihan terhormat, panggilan tertinggi sebagai wujud pengabdian pada kerajaan dan juga pilihan mengenai kepantasan berjuang sampai di kematian (baca: titik akhir).
***
Malam ini waktu Indonesia, para Samurai Jepang dalam wujud berbeda akan berjuang dengan tampil di pertandingan perdana Grup H Piala Dunia 2018 melawan Kolombia di Mordovia Arena, Saransk, Rusia, mereka disebut Samurai Biru atau Timnas Sepak Bola Jepang.
Pertanyaannya, seperti Samurai, apakah Timnas Jepang yang dijuluki Samurai Biru ini dapat membuat segenap rakyat bangga hingga titik akhir?
Jawabannya tidak bisa sekejap dengan kata iya atau tidak. Â Dipimpin oleh Kapten Maya Yoshida, pertandingan ini tentu akan menjadi laga yang tidak akan mudah. Samurai Biru seperti berada di garis penentuan karena bukan kebanggaan Jepang saja yang dibawa tetapi juga kebanggaan Asia.Â