Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menanti Drama Lain di Nou Camp

14 Maret 2018   11:18 Diperbarui: 14 Maret 2018   17:29 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chelsea Barcelona, 24 April 2012 I Gambar : Bleachersport

Lionel Messi menutup mukanya cukup lama. Entah apa yang dia lakukan dalam kegelapan di kaos biru merah bertuliskan Qatar Foundation itu. Bukan untuk menutup cahaya lampu Nou Camp yang sudah terang benderang, tetapi untuk sesaat mampu membuat dia "lari" dari ribuan pendukung Barcelona yang harus terdiam dan menangis saat itu.

Ya,  saat itu 24 April 2012, Messi harus menjadi saksi akan teriakan dan lompatan histeris Roberto Di Matteo  di pinggir lapangan ketika pada menit 90 + 2, Fernando Torres terlepas sendirian, mengecoh Victor Valdes dan membobol gawang Barca untuk kedua kalinya. Skor berubah  2-2.

Pertandingan Semifinal Liga Champions 2012 saat itu seharusnya menjadi milik Barcelona. Meski tertinggal 0-1 di Stamford Bridge, Barcelona tampil mendominasi dan mampu mencetak gol terlebih dahulu melalui Sergio Busquets pada menit ke-35 dan Andres Iniesta pada menit ke-43. Pendukung Blaugrana yakin ini adalah malam mereka.

Statistik juga mengatakan seperti itu, 17 peluang dibandingkan 7 gol, corners 10 berbanding 1 dan juga ball possesions ala tiki taka yang mencapai 72 persen berbanding 28 persen. Messi? Penalti Messi menerpa mistar gawang, dan berulang kali gagal mengkonversi peluang yang mencapai 90 persen seharusnya menjadi gol. Derita oh derita.

Messi, tak mampu menerima Barca gagal lolos I Gambar : The times
Messi, tak mampu menerima Barca gagal lolos I Gambar : The times
Tetapi itulah drama sepak bola. Drama yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti berbuat, bertindak di sepak bola terkadang menggambarkan sesuatu yang di luar akal manusia. Realita tergambarkan dengan menyisakan goresan-goresan yang menyakitkan ketika di sisi lain ada orang yang tertawa dan bahagia.

Seharusnya Barcelona yang pantas ke final, tetapi realita tidak menyatakan demikian. Seharusnya Alexis Sanchez atau Messi mencetak gol ketiga bagi Barcelona, tetapi ternyata Ramireslah yang mencetak gol cantik setelah "terlepas" di antara Pique dan Mascherano.

Seharusnya Xavi mampu melepaskan umpan yang seringkali membuat Messi, Sanchez, Iniesta berhadapan langsung one on one, dengan kiper lawan, tetapi mengapa sekarang harus Valdes yang harus berhadapan dengan Fernando Torres di menit ke-90?. 

Dan seharusnya, di rumah bernama Nou Camp itu, di akhir pertandingan Guardiola harusnya yang berteriak, melompat  kegirangan bukan Di Matteto, pelatih "kemarin sore" kepunyaan Chelsea yang dipilih karena "kecelakaan", karena Abramovich yang senang memecat pelatih tak punya pilihan lain. 

Namun itulah drama sepak bola, tim terbaik, tim yang diunggulkan dan tim tuan rumah tidak akan selalu menang.

Besok, setelah sekian lama, kedua tim kembali bertemu di Camp Nou. Berdasarkan drama di atas, besok tidak boleh ada tim yang merasa di atas angin terlebih dahulu, drama akan terjadi.

Lupakan data bahwa Barcelona yang  telah 12 kali bersua Chelsea di Liga Champions, meraih tiga kemenangan, lima hasil imbang, dan empat pertandingan sisa dimenangkan oleh Chelsea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun