Menit ke-80. Pelatih PSG, Unai Emery hanya bisa tertunduk ketika Casemiro dan Marcelo sedang asyik merayakan gol yang tercipta di gawang Areola. Mungkin dia tak sanggup melihat  tarian, salaman dan benturan dada kedua pemain Brasil itu yang sedang bahagia. Emery sadar, karirnya di PSG sedikit lagi tamat.
Gol Casemiro membuat Madrid sudah unggul 2-1, artinya dengan kemenangan 3-1 di kandang mereka, agregat 5-2 Madrid sudah terlalu jauh untuk dikejar oleh anak-anak Le Parisiens. Akhirnya memang demikian, hingga akhir pertandingan, Christiano Ronaldo cs, bisa keluar lapangan dengan kepala tegak dengan agregat demikian.
Madrid pantas menang, dan Zinedine Zidane membuktikan bahwa dia tetap harus diperhitungkan sebagai pelatih tangan dingin yang wajib ditakuti di Eropa, meski di La Liga tidak sedang berada di dalam periode terbaik mereka.
Paling tidak ada 3 hal yang membuat Madrid pantas menang atas PSG dan melaju ke babak 8 besar Liga Champions.
Pertama, kecerdasan Zinedine Zidane dengan formasi 4-4-2. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan Madrid tadi pagi adalah mampu menghentikan pergerakan sayap dari PSG. Meski tanpa Neymar, kecepatan Di Maria dan Mbappe serta disokong Yuri dan Dani Alves membuat sayap PSG tetaplah menakutkan.
Dalam keadaan ini kejeniusan Zidane nampak. Formasi baku yang dikenal dari Zidane adalah 4-3-3 atau 4-3-1-2. Namun tanpa Kroos dan Modric, artinya Casemiro hanya berjuang sendirian. Â Di dalam kejeniusan Zidane muncul berkah dari ketiadaan Modric dan Kroos karena mampu memaksa Zidane berani mengganti formasi menjadi 4-4-2.
Casemiro ditemani Kovacic di posisi gelandang bertahan, dan menginstruksikan Asensio dan Vasques, masing-masing di sayap kiri dan kanan untuk menjaga pergerakan Dani Alves dan Yuri sembari membuat kedua pemain ini berpikir dua kali untuk ikut membantu serangan.
Hasilnya mujarab, hampir tidak ada serangan berarti dari sayap PSG. Umpan silang Di Maria lebih sering membentur pemain Madrid dan sebaliknya serangan balik Madrid dari sektor sayap, membingungkan PSG yang menjadi awal musabab dari gol pertama yang dicetak Christiano Ronaldo.
Kedua, kartu merah Marco Verrati. Emery sudah bertindak positif dengan menggantikan Motta dengan Pastore di awal babak kedua. Alasannya berhubungan dengan faktor pertama di atas. Susah masuk dari sayap, intensitas serangan dari tengah harus ditingkatkan. Rabiot agak ditarik ke belakang dan membiarkan Verrati dan Pastore mengacak-ngacak Madrid dari tengah.
Meski sempat menyamakan kedudukan melalui Cavani  di menit ke-71 ketika bermain dengan 10 orang namun PSG kembali dipaksa Madrid untuk hanya bisa bertahan, apalagi ketika Zidane menarik keluar  Assensio dan memasukan Toni Kroos. Madrid kembali menguasai lini tengah sehingga seperti hanya tinggal menunggu untuk gol kedua tercipta dan akhirnya Casemiro menuntaskan penantian itu dengan gol di menit ke-80.Â