Barcelona di tangan Valverde, hampir tak ada lubang, padahal sejatinya pembelian pemain di Januari adalah untuk menambal lubang ditambah Coutinho tidak bisa bermain di Liga Champions.
Inilah yang ditengarai akan membuat pusing seorang Ernesto Valverde. Makanya jangan heran ketika ditanya tentang posisi Coutinho di timnya, Valverde cenderung bungkam dan menjawab dengan candaan.Â
"Jadi, saya akan segera memutuskan (di mana dia akan bermain). Namun, saya bisa memastikan dia tidak akan bermain di bawah mistar gawang," ucap Valverde.
Pertama, isu pembelian Coutinho terjadi ketika keinginan memimpikan tiki-taka untuk terus dimainkan di Barcelona sedang membara dengan formasi 4-3-3, dengan pergerakan bolacepat dari kaki ke kaki terulang lagi, dan bahkan semakin hebat ketika Coutinho datang.
Padahal, di tangan Valverde, tiki-taka hampir menjadi almarhum. Valverde lebih senang memprioritaskan pada keseimbangan bermain dalam menyerang dan bertahan.Â
Kesolidan bermain tanpa memberikan celah kelemahan menjadi fokus Valverde. 4-3-3 tiki-taka yang kerap membuat lubang di lini pertahanan Barcelona dipermak Valverde menjadi 4-4-2.
Cederanya Osmane Dembele yang diharapkan menjadi pengganti Neymar serta tidak nyetelnya Gerard Deulofeu dalam skema 4-3-3 tidak terlalu dirisaukan oleh Valverde.Â
Malahan kedatangan Paulinho dari Liga Super Cina, adalah hal yang paling disyukuri oleh Valverde. Paulinho memberikan dan menguatkan keseimbangan dalam permainan Barcelona dalam skema 4-4-2.
Dalam skema ini, Jordi Alba dan Nelson Samedo di posisi Wing Back akan lebih nyaman menyokong penyerangan  ketika Rakitic, Iniesta, Paulinho dan Busquets bergantian mengisi sisi yang kosong.Â
Sedangkan Messi dan Suarez lebih diberikan kebebasan maju atau bermain melebar sesuai kebutuhan tim. Coutinho hadir untuk tiki-taka tetapi Barcelona sudah bertrandsformasi dengan reserved and balancing formation.