Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

3 Perilaku Transgender Jika Mengalami Social Abuse (Mengapa Mayang Dimutilasi?)

10 Oktober 2014   00:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:41 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14128810491638608861

[caption id="attachment_365292" align="aligncenter" width="560" caption="Kasus Mayang, korban pelampiasan akibat social abuse?? (Sumber Gambar : Tribunnews.com)"][/caption]

Sore hari ini dialog singkat di Wide Shot , membahas tentang tema “Kriminalitas terhadap Transgender” ,berkait dengan berita yang menyedihkan dibalut sebuah peristiwa sadis, yakni pembunuhan mayang Prasetyo oleh suaminya, marcus yang akhirnya bunuh diri.

Dialog kali ini menghadirkan dua narasumber yang kebetulan sama – sama wanita yakni, Anggi Aulina seorang Kriminologdan seorang Psikolog, Zoya Amirin.

Secara umum diskusi kali ini membahas tentang perilaku transgender, khususnya ketika mereka berhadapan dengan social abuse atau hujatan, kecaman dari masyarakat, ada tiga hal yang secara umum mereka lakukan :

1.Diam

Diam menjadi pilihan yang dilakukan oleh Transgender, ini diakibatkan mereka seringkali ditolak oleh masyarakat dan terlebih keluarga, sehingga hujatan atau pelecehan yang mereka alami, mereka konsumsi sendiri.

2.Melawan

Melawan menjadi pilihan yang hampir tidak mungkin mereka lakukan, ini diakibatkan hujatan dilakukan oleh orang banyak atau mayoritas sehingga sebagai minoritas atau kelompok yang kecil mereka pasti takut untuk melakukan perlawanan.

3.Melampiaskan

Melampiaskan adalah hal yang paling mungkin dilakukan oleh Transgender, kenapa?, ketika mereka diam, akan terjadi akumulasi kemarahan di dalam diri yang ditahan, hal ini tidak akan bertahan lama, karena akan berat bagi beberapa orang, dan suatu saat perlu pengekspresian , dan disitulah terjadilah pelampiasan, yang biasanya dampak negatifnya lebih banyak terjadi.

Analisa Kasus Mayang & Marcus

Zoya Amirin, Psikolog, berpendapat bahwa pada dasarnya transgender ketika berhadapan dengan hujatan, akumulasi akibat social abuse akan semakin tinggi, itu pula yang dialami oleh Mayang & Marcus, apalagi Marcus jika berhadapan dengan Mayang, walaupun menurut tetangga mereka ramah, kemungkinan ada akumulatif kemarahan sehingga mendorong perilaku sadistis.

Solusi terhadap Transgender

Anggi berpendapat untuk mencegah ini terjadi lagi, negara harus terlebih dahulu mengakui keberadaan mereka, bukan saja mengakui, tetapi memahami dan melindungi mereka, hingga ke depannya menekan kejahatan yang terjadi akibat masalah sosial /social abuse.

Anggi menambahkan, jika tidak ada pengakuan eksistensi mereka, maka proteksi terhadap mereka pun tidak mungkin dilakukan, yang akhirnya mereka akan sampai di taraf ragu – ragu untuk bersosialisasi dengan masyarakat, dan menurut kriminolog ini, ini semua bisa dimulai jika konseptor public kita dapat memahami hal ini.

Zoya juga berharap transgender dapat mencari komunitas sebagai wadah untuk berekspresi dengan positif dan memiliki teman sharing yang baik, sehingga ada support system yang baik yang mereka dapatkan.

Transgender dalam Psikologi

Zoya mengklasifikasikan Transgender sebagai psikological Disorder, gangguan perilaku seksual tetapi bukan kelainan perilaku seksual, transgender akan merasa terjebak di tubuh yang salah, mereka sadar akan tubuh mereka dan mereka merasa mereka terlahir di tubuh yang salah, sehingga jika mereka menjadi orang lain mereka dapat mengekspresikan diri mereka dengan lebih baik.

Saya secara melihat bahwa dialog kali ini mengarahkan kita untuk melihat kasus mayang, bukan saja dari sisi sadism saja, kriminalitas biasa, atau sebuah peristiwa menyedihkan, tetapi kita harus lebih jauh melihat bahwa, transgender memang ada di sekitar kita, kita mungkin harus belajar memahami mereka, dan mengarahkan mereka ke arah yang baik,dan mungkin tidak menjadi salah satu pelaku dari social abuse, karena bisa jadi mereka adalah teman, sahabat atau keluarga kita kan?

Salam..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun