Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

The Fed, Renminbi, dan Arsitektur Keuangan Global

19 November 2015   10:38 Diperbarui: 20 November 2015   18:28 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi Global

Jika ingin menunjuk sumber gejolak keuangan global (Global Financial Volatility), maka akan diarahkan pada ada dua entitas moneter yaitu The Federal Reserve USA (The Fed) dan People's Bank of China (PBOC). Keputusan The Fed berkaitan dengan kenaikan suku bunga acuan masih belum ada kepastian. Kabar terakhir, bahkan International Monetary Fund (IMF) mendukung The Fed untuk segera menaikkan suku bunga supaya ada kepastian dan mengurangi dampak spekulasi pasar keuangan. Sementara PBOC, dengan tujuan agar dapat memenuhi syarat masuk sebagai 'reserve currency" dalam Special Drawing Right (SDR) IMF, secara perlahan tapi pasti melepaskan "pegging" nilai tukar Renminbi (CNY) dengan berbagai kebijakan termasuk "quasi quantitative easing" untuk menjaga pertumbuhan perekonomian China.

Bank Indonesia, dalam trend (kecenderungan) tingkat inflasi menurun (inflasi tahun berjalan hingga Oktober 2015 besarnya 2,16%), mempertahankan suku bunga acuan BI pada 7,5%. Dengan kondisi tersebut, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB atau Gross Domestic Product GDP) ekonomi Indoenesia triwulan-3 mencapai 4,73% dibandingkan triwulan-2 sebesar 4,67%.

Untuk pembanding, GDP China triwulan-3 besarnya 6,9% turun dari 7% pada triwulan-2 sementara US mengalami penurunan dari 3,9% menjadi 1,5% pada triwulan-3 dengan catatan China harus merelakan sejumlah cadangan devisanya dan US harus menelan defisit perdagangan yang besar (lihat : Gejolak Rupiah Akan Selalu Terjadi Tetapi ...)

Dilema The Fed

Sesuai "Dual Mandate" yang diberikan, masalah inflasi dan serapan tenaga kerja menjadi parameter The Fed menetapkan suku bunga acuan. Berlandaskan pemahaman NAIRU (Non-Accelerating Inflation Rate of Unemployment), dengan tingkat inflasi mencapai 2% (dua prosen) dan tingkat "unemployment" 5%, perlu direspon dengan menaikkan suku bunga acuan untuk "meredakan perekonomian" agar tingkat inflasi tidak bertambah.

Sebagai gambaran, tingkat inflasi berdasarkan US Consumer Price Index diberikan pada grafik-1 berikut ini.

Sumber Informasi : US Consumer Price Index - Fred

Trend US Consumer Price Index (CPI) secara keseluruhan (all items) turun; sementara untuk komoditas non pangan dan non energi naik pada bulan terakhir (Oktober 2015). Inflasi tahun berjalan 2015 besarny 1,3% (di bawah batas atas atau plafon 2%).

Tingkat unemployment tenaga kerja US diberikan pada grafik-2.

Sumber Informasi : US Bureau of Labour Statistics. Tingkat "Unemployment" hingga October 2015 : 5%.

Dari sisi penerimaan pekerja, ternyata tidak memberikan kenaikan seperti pada masa sebelum krisis 2008 - 2009 di USA (lihat grafik-3 di bawah ini).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun