Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Anomali atau "Norma Baru" tetapi Faktanya Fenomenal

6 Juni 2016   06:09 Diperbarui: 6 Juni 2016   12:30 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : http://www.dbta.com/Editorial/Think-About-It/Anomaly-Detection-Discovering-Business-Insights-Within-the-New-Big-Data-97093.aspx - modified by Arnold

Anomali atau New Normal

Hujan deras di bulan Juni, apakah ini anomali? Demikian "status" yang ditampilkan seorang kerabat pada akun Facebook-nya. 

Anomali bermakna penyimpangan dari kondisi normal (KBBI); bukan lantas jadi abnormal atau tidak normal. Hujan bulan Juni saat ini dianggap fenomena baru tetapi kelak pada masa mendatang menjadi "kenormalan baru" atau "new normal"; dan mungkin dampak perubahan iklim (Climate Change). Entahlah!

Fenomena dan kondisi serupa terjadi pada perekonomian global. Tidak terbayangkan sebelumnya negara yang kaya dengan sumber daya alam terutama minyak dan gas bumi akan mengalami krisis. 

Merujuk World Fact Book 2015, 10 negara pemilik cadangan besar (Oil Proved Reserved) dan pertumbuhan ekonominya diberikan pada Peraga-1.

Prepared by Arnold M (Merujuk World Fact Book 2015)
Prepared by Arnold M (Merujuk World Fact Book 2015)
Merujuk besarnya cadangan minyak pada Peraga-1, sulit untuk dapat menerima kenyataan bahwa saat ini rakyat Venezuela mengalami kelangkaan pangan dan penerangan listrik; Arab Saudi membutuhkan pinjaman perbankan hingga USD 10 Miliar demi menutupi kekurangan anggaran. Sementara di belahan Afrika, perekonomian Nigeria "anjlok" pada Triwulan pertama 2016 dan menuju krisis; Russia dengan prediksi pertumbuhan negatif pada 2016, kondisinya tidak menunjukkan perbaikan berdasarkan kajian World Bank. 

Kondisi pada negara dengan cadangan minyak besar tersebut merupakan dampak dari penurunan harga minyak; tetapi juga sebagai fenomena "Resource Curse" (Kutukan Sumber Daya Alam) akibat ketergantungan yang tinggi pada sumber daya alam tanpa berupaya membangun dan mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan produk andalan. Negara kaya sumber daya alam mengalami krisis ekonomi seakan anomali; tetapi jika fenomena ini berlangsung dalam waktu panjang berkelanjutan maka akan menjadi "norma baru" atau "New Normal"

Tabungan (saving) pada perbankan sejak dahulu dipahami sebagai bentuk investasi yang memberikan imbalan (dalam bentuk bunga tabungan atau interest). Tetapi yang terjadi di negara seperti Switzerland, Denmark, Swedia, dan Jepang adalah kondisi sebaliknya; dana tabungan pada perbankan akan berkurang akibat diberlakukannya "Negative Interest Rate (suku bunga negatif). Ketentuan suku bunga negatif ini sebenarnya merupakan upaya Bank Sentral dari negara tersebut mendorong konsumsi masyarakat, juga meningkatkan investasi didukung kredit dengan suku bunga rendah. Suku bunga rendah ini sebagai implikasi kebijakan "Zero Lower Bound" (suku bunga hampir nol) dari Bank Sentral masing-masing negara tersebut. 

Pada kenyataannya, konsumsi masyarakat tetap rendah yang berimplikasi inflasi rendah; "private sector" dan korporasi masih enggan berinvestasi. Akibatnya pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tidak terwujud bahkan makin tertekan; situasi ini disebut sebagai "Secular Stagnation". (Lihat : The Age of Secular Stagnation - Larry Summers). Sulit untuk mengatakan fenomena suku bunga negatif ini anomali; tetapi jika terus berlanjut akan jadi "norma baru" atau "New Normal".

Financial Crisis 2008 dan Pemulihan

Tidak sampai 10 tahun menjalani Abad-XXI, krisis global terjadi dipicu krisis finansial di USA yang puncaknya pada September 2008. Ambruknya korporasi raksasa finansial US seperti Lehman Brothers (LB), American International Group (AIG) menimbulkan kepanikan luar biasa pada pasar keuangan dan pasar saham global. Kejadian yang dialami LB dan AIG ini sangat mengejutkan karena sebelumnya mendapatkan penilaian dengan kategori tinggi (AAA dan AA) dari perusahaan penilai (Credit Rating Agency).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun