Dari dua peraga di atas, rasio defisit anggaran dan utang China meningkat pesat khususnya pada masa 2015 dan 2016 (proyeksi) walaupun pertumbuhan GDP sedikit di bawah 7% (2015 pertumbuhan GDP China 6,9%). Dengan demikian dapat dikonklusikan bahwa pertumbuhan utang lebih besar daripada pertumbuhan GDP. Â
Anomali China
Jika ditelisik lebih dalam perekonomian China, ada fenomena menarik seperti diberikan pada peraga berikut ini.
Peraga-4 : Posisi Cadangan Devisa China
1. Cadangan Devisa China : China State Administration of Foreign Exchange
2. Neraca Perdagangan China : National Bureau of Statistics of China
Dari Peraga-4 dan Peraga-5, posisi cadangan devisa China turun 20% pada masa Januari 2015 hingga Maret 2016; walaupun mengalami surplus perdagangan dan mendapatkan aliran masuk dana investasi. Dari kondisi ini ada beberapa dugaan antara lain bahwa China masih sangat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan investasi domestik (dan juga di luar); China melakukan "intervensi" demi menjaga stablitas nilai tukar; dan terjadi aliran dana keluar (capital outflow) dari China. Upaya peningkatan investasi domestik umumnya pada sektor infrastruktur juga industri melalui BUMN (Badan Usaha Milik Negara atau State Owned Enterprise) China; tetapi jika hal ini terus berlangsung akan menimbulkan kondisi "over-supply" yang berdampak pada beban utang SOE. Sementara transformasi perekonomian China berupaya meningkatkan "share" konsumsi pada GDP yang saat ini masih pada kisaran 40% (bandingkan dengan India dan Indonesia pada kisaran hampir 60% - Data World Bank); kondisi ini rentan terhadap pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan investasi dan perdagangan global.
 Ancaman India
Kondisi perdagangan global India diberikan pada Peraga-6.