Mohon tunggu...
Sabarniaty Saragih
Sabarniaty Saragih Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga dengan tiga anak

Tampil apa adanya dan selalu berusaha melakukan yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benang Merah Nabi Nuh dan Perang Dunia dalam Pengertian Anak Kecil

31 Juli 2020   09:35 Diperbarui: 31 Juli 2020   09:22 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


"Brarti perang adalah bentuk kesombongan 
manusia", katanya memberi kesimpulan.

Entah apa yang dipikirkannya ketika aku memaksanya untuk segera tidur siang. Dari tadi dia membolak balik badannya. Pikirannya diganggu pertanyaan yang aku sendiri merasa hal itu tidak penting, menurutku lebih baik dia menghafal perkalian yang sampai sekarang belum lancar 


"Ma, benar dulu di dunia ini cuma ada satu bahasa?"

"Iya tapi itu dulu banget. Dalam peristiwa air bah yang selamat cuma Nuh, istrinya, 3 anaknya dan 3 menantunya. Lama-lama mereka bertambah banyak dan tentunya bahasa mereka juga sama. Setelah itu kamu tahukan kelanjutan kisahnya?"

"Manusia menjadi sombong. Manusia mau mendirikan menara sampai ke langit. Lalu Tuhan marah dengan menjadikan bahasa mereka berbeda supaya menaranya tidak jadi karena mereka tidak saling mengerti"

"Betul. Itu terjadi beribu tahun yang lalu"

"Setelah bahasa mereka berbeda-beda, mereka berperang?"

"Ya enggaklah. Karena bahasanya berbeda jadi mereka berpisah, yang bahasanya sama hidup bersama di suatu tempat. Tidak ada hubungan perbedaan bahasa dan berperang"

"Kalau begitu kenapa ada perang dunia?"

Aduh, kenapa pertanyaan lari ke perang dunia. Manalah emakmu ini tahu. Masa emak harus baca Wikipedia dan cari di mbah Google haha...

"Perang bertujuan menguasai. Contohnya perang terhadap kebodohan, artinya supaya tidak ada lagi orang bodoh, yang bodoh diajari supaya pintar"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun