Mohon tunggu...
Herdian Armandhani
Herdian Armandhani Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Kalau Tidak Mampu untuk Menjadi Pohon Beringin yang Kuat untuk Berteduh, Jadilah Saja Semak Belukar yang Sisinya Terdapat Jalan Setapak Menuju Telaga Air

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Marketing Politik Pemilihan Ketua Senat di Kampus

9 Desember 2014   18:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:41 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta demokrasi tidak hanya dilangsungkan untuk memilih anggota legislatif dan juga memilih presiden untuk periode lima tahun. Pesta demokrasi melalui pemilihan umum juga dilakukan oleh mahasiswa di Indonesia untuk memilih ketua badan eksekutif mahasiswa (senat)/ Himpunan Mahasiswa Jurusan/Badan Perwakilan Mahasiswa di tiap kampus dan universitas. Masa jabatan ketua BEM tidak seperti anggota legislative dan presiden yang bisa dua periode (5-10 tahun) melainkan hanya satu tahun saja masa kepengurusan.Proses pemilihanumum untuk memilih seorang ketua senat diawali dengan pembentukan panitia dan komisi pemilihan umum mahasiswa. Setelah panitia dan komisi terbentuk maka dibukalah pendaftaran untuk menjaring calon ketua senat. Panitia dan komisi juga berfunsi untuk mengadakan fit dan proper test untuk mengetahui kepribadian dan latar belakang dari para calon ketua senat. Kandidat yang terpilih dan lolos dai fit and proper test bisa mendapatkan nomer peserta calon ketua bem dan bisa melakukan kampanye di lingkungan kampus sesuai jadwal dan aturan yang diberlalukan panitiadan komisi pemilihan umum ketua senat.

Di masa kampanye inilah masing-masing kandidat calon ketua senat harus bisa menggunakan waktu sebaik mungkin untuk menarik para mahasiswa agar memperoleh suara terbanyak dan memenangkan pemilu ketua senat. Tim sukses dari masing-masing kandidat harus bekerja keras membuat alat peraga kampanye yang menarik. Bisa membuat baliho dan memasangnya diareal kampus, membuat video kampanye yang dikemas tidak membosankan, dan juga flyer dan e-flyer yang berbeda dari biasanya. Dalam masa kampanye biasanya para panitia dan komisi pemilu mengadakan debat kandidat dan masing-masing kandidat akan membawa para pendukung loyal mereka. Alat peraga kampanye yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan e-flyer, fanpage dukungan, sampai membuat video kampanye atraktif.

Penggunaan baliho sebagai alat peraga kampanye mulai dikurangi karena mahasiswa kita saat ini menyukai hal-hal yang berabau go-green. Ada pengalaman unik ketika baru-batu ini di kampus penulis ada pelaksanaan pemilu mahasiswa untuk memilih ketua senat dilakukan. Para tim sukses kandidat membuat e-flyer meme dan kartun serta mengirimkan di jejaring sosial. Meme yang dibuat ada yang menggunakan artis Raisa hingga aktor Hollywood. Kampanye pemilu mahasiswa tidak sekaku dahulu yang hanya menampilkan nama lengkap, latar belakang perjalanan organisasi hinga visi misi. Marketing politik para tim sukses para kandidat akan diketahui kebersilannya saat penghitungan suara dilakukan. Jika kandidat yang mereka usung meraup suara paling banyak maka bisa dipastikan marketing politik tim sukses kandidat tersebut sukses. Bila ada kandidat yang meraup suara sedikit maka artinya marketing politik yang dilakukan gagal.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun