Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sarwo Edi Pahlawan Freeport?

21 November 2013   01:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:52 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Sawo Edi di Papua

[caption id="attachment_279301" align="aligncenter" width="575" caption="Museum Kodam XVII/Cenderawasih Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo yang terletak di Jl. Samratulangi Dok V, Jayapura, Papua (Official Website of TNI)"][/caption]

Mantan Panglima Daerah Komando Militer Cenderawasih Papua, Letjend TNI Purnawirawan, Sarwo Edi Wibowo,layak di nobatkan sebagai pahlawan pengamanan freeport di Papua. Resistensi dia dalam mengawal proses intergasi Papua kedalam NKRI pada era Penentuan Pendapat Rakyat, lapis dengan kepentingan konsensi perusahaan AS ke Papua, mau tidak mau, Papua harus terkondisikan sesuai dengan kontrak karya yang telah diteken tahun 1967. Pangdam XVII/Cenderawasih yang ke IV pada tahun 1968 s.d. 1970 ini, terkenal dengan operasi sadar.

Diluar Pulau Papua pun, banyak tragedi yang membawa nama dari menantu dari Presiden dua periode di Indonesia (SBY). Pembantaian RPKAD terhadap orang-orang yang diberi label komunis, marak terjadi era itu. Tragedi pembunuhan aktivis sosialis Indonesia dengan keterlibatan sang Letjend itu, merata di seluruh nusantara. Sebab, karier Militer Ayah dari Ibu Negara (2004-2014) ini, pernah menjabat dalam berbagai jabatan kemiliteran era Suharto.

Demi mengamankan sekaligus mengkondisikan proses PEPERA tahun 1969, perjanjian karya perusahaan Amerika diteken dua tahun sebelum proses tersebut digelar, Sarwo Edhie dipindahkan ke sini (Papua) untuk menjadi Panglima Kodam XVII/Cendrawasih. Ia memimpin hingga terselenggaranya Penentuan Pendapat Rakyat, di mana Indonesia menganeksasi wilayah tersebut tanpa mengedepankan satu orang satu suara (one man one vote) referendum penuh. Sarwo Edhie memainkan peran utama dalam menghancurkan resistensi Papua.

Almarhum Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, memimpin Operasi Sadar yang bertujuan menumpas gerombolan Organisasi Papua Merdeka (kala itu disebut GPK), sekaligus merangkul warga asli Papua untuk memenangkan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969. Konsolidasi di seluruh wilayah Papua agar menjadi bagian dari NKRI. Salah satu bukti nyata adalah didirikannya museum Sarwo Edi di Papua. Beliau dianggap kalangan militer berhasil melindungi hak-hak dasar suku-suku yang ada di Tanah Merah Kabupaten Boven Digoel. Juga, Sintong Panjaitan dalam kesaksiannya (Prajurit Para Jenderal), mengisahkan perintah operasi Papua era ini. Salah satunya membawa sejumlah pemimpin suku kedalam satu tempat, disana mereka diberi makan dan hiburan wanita penghibur.

Sejarah operai militer di Papua sejak penentuan status politik hingga sekarang, dikenal dengan Operasi Sadar 1965-1967 (paska penandatangan kontrak antara RI-Freeport), Operasi Brathayudha 1967-1969 (jelang PEPERA), Operasi Wibawa 1969 (pengamanan paska PEPERA), Operasi militer di Kabupaten Jayawijaya 1977 (pengamanan areal konsesnsi perusahaan asing), dan operasi lainya digelar paska pemerintah mendapat sokongan modal yang besar. Operasi Sapu Bersih I dan II tahun 1981, Operasi Galang I dan II tahun 1982, Operasi Tumpas 1983-1984, dan Operasi Sapu Bersih tahun 1985.

Atas jasa dirinya mengabdi kepada penguasa Orde Baru, karier anak-anaknya mulus disaat ini. Sedangkan, sosok yang dekat dengan warga Warga Boven Diguel dan kini terpatri dalam bentuk pendirian museum di Jayapura ini, justru tidak mendapat gelar sebagai pahlawan Bela Negara Indonesia.

Lucunya, rencana pemberian gelar tersebut bukan diberikan oleh orang lain, tetapi menantunya sendiri yang tidak memberikan gelar kepadanya. Wajar kalau artikel ini justru menobatkan Sarwo Edi Wibowo sebagai pahlawan pengamanan kehadiran freeport ke Papua, dari sekian antek asing lainnya yang bertaburan di NKRI hari ini.

Terkait...

http://hukum.kompasiana.com/2013/11/17/freeport-dan-nasib-veteran-nkri-610218.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun