Mohon tunggu...
Arizka Raihania
Arizka Raihania Mohon Tunggu... Universitas Indonesia

Hobi saya menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perawat Cowok Dianggap Bukan "Cowok Tulen"

22 Desember 2023   13:45 Diperbarui: 22 Desember 2023   14:41 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebanyak 75% dari angkatan kerja kesehatan yang dibayar di dunia adalah perempuan, namun dibandingkan dengan laki-laki, mereka seringkali menghadapi tantangan yang berdampak pada kinerja pekerjaan, kompensasi, dan kemajuan karier mereka. Tantangan-tantangan yang dihadapi mencakup diskriminasi gender, yang mengakibatkan upah yang tidak setara, perlakuan di tempat kerja, atau peluang kemajuan, kekerasan dan pelecehan seksusal, dan sebagainya. Tentu kesetaraan gender seperti ini masih ada di kalangan masyarakat sampai sekarang dan hal ini memberikan dampak. Di dunia kesehatan khususnya di keperawatan perempuan lebih dominan, dan beranggapan laki-laki tidak cocok dan tidak pantas untuk menjadi perawat karena itu tugas perempuan serta beranggapan bahwa laki-laki yang bekerja sebagai perawat bukan laki-laki sejati.


Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2022, jumlah perawat di Indonesia mencapai jumlah tertinggi yaitu  563.739 orang dengan jumlah perawat laki-laki 141 ribu orang atau setara dengan sepertiga dari jumlah perawat perempuan. Walaupun jumlah perawat laki-laki lebih sedikit tetapi jumlah perawat laki-laki semakin meningkat dari tahun sebelumnya ke tahun berikutnya yang menandakan bahwa laki-laki juga tertarik untuk menjadi perawat. Dalam kehidupan seharihari tentunya kita sering dengar kata "cowok tulen", cowok tulen ini sebenarnya belum ada definisi yang pasti, tetapi dari yang kita tahu cowok tulen itu adalah sebenar-benarnya cowok atau laki-laki yang gagah yang bertanggung jawab dan tidak ke "cewek-cewek"an. Cowok tulen ini lebih merujuk kepada laki-laki yang menunjukkan sifat-sifat khasnya.  Karakteristiknya seperti lebih memancarkan rasa kepercayaan diri, ketegasan serta tanggung jawab di berbagai aspek. Padahal, perawat laki-laki juga sama dengan cowok pada umumnya, memiliki rasa percaya diri, memiliki tanggung jawab juga karena sebagai perawat kita juga harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap klien kita, memiliki empati tentu ini merupakan salah satu sifat dari perawat karena perawat tentu harus memiliki empati yang tinggi. Jadi, menurut saya perawat cowo tentu bisa dianggap menjadi cowok yang tulen.


Diferensiasi sosial atau disebut juga dengan perbedaan sosial ini merupakan peembedaan atau pengelompokkan kelompok-kelompok tertentu secara horizontal, sehingga tidak menimbulkan tingkatan hierarki yang bisa dimanfaatkan sebagai potensi untuk bangsa dan negara yang semakin maju. Ada berbagai bentuk diferensiasi sosial, seperti diferensiasi ras (Ras mongoloid, Ras negroid, Ras kaukasoid), diferensiasi suku bangsa, diferensiasi klan, diferensiasi agama, diferensiasi profesi dan yang akan kita bahas lebih lanjut yaitu diferensiasi jenis kelamin. Perwujudan penggolongan masyarakat berdasarkan sosial, ras, agama dan sebagainya tidak menimbulkan tingkatan-tingkatan atau setara atau sejenis.


Teori fenimisme liberal adalah pandangan negara yang tidak memihak di kelompok manapun antara kepentingan kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Teori ini berasal daripada kebebasan atau freedom dan kesadaran atau equality yang juga sebagai cerminan dari tanggung jawab tentang bagaimana mewujudkan keadilan bagi semua umat manusia. Tujuan umum dari teori ini yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan peduli tempat kebebasan untuk berkspresi dan berkembang. Tentu teori ini melihat persoalan masyarakar agar memiliki kesempatan, hak dan kewajiban yang sama sebagai individu. Dalam profesi perawat, seperti yang kita ketahui profesi ini didominasikan oleh perempuan, tetapi profesi ini tidak membatasi sama sekali laki-laki yang ingin bekerja menjadi perawat, profesi ini membuka peluang sebesar-besarnya bagi siapa saja yang mau belajar dan bekerja menjadi perawat. Pada saat perekrutan maupun saat bekerja tidak membedakan antara perawat laki-laki dan perempuan, tetapi lebih melihat potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh individu tersebut. Profesi ini juga tidak menganggap perempuan ini lebih unggul karena menjadi mayoritas di profesi ini, laki-laki maupun perempuan memiliki keunggulannya masing-masing (Rahim, 2021).


Perawat juga merupakan salah satu profesi yang penting di dalam dunia kesehatan dan mempunyai peran yang cukup besar untuk mewujudkan peningkatan pada pelayanan kesehatan (Guntur, 2009). Banyak orang berpikir perawat ini lebih cocok dipekerjakan untuk perempuan karena perawat ini digambarkan memiliki hati yang lembut, kesabaran yang tinggi dan lebih memiliki emosi yang kuat dengan pasien, padahal laki-laki juga memiliki sifat-sifat seperti itu dan tidak menutup kemungkinan perempuan pun punya tidak punya sifat seperti itu. Di zaman sekarang ini seiring dengan perkembangan sosial, banyak laki-laki yang ingin dan tertarik untuk menjadi perawat dengan ikut melaksanakan tugas yang digambarkan menjadi tugas perempuan saja. Dalam peraturan profesi perawat pun tidak ada larangan maupun batasan jenis kelamin untuk menjadi perawat, untuk menjadi perawat mau laki-laki ataupun perempuan harus bisa melaksanakan tugas-tugas keperawatan serta kesempatan itu diberikan kepada laki-laki dan perempuan untuk mengaktualisasikan kemampuan dirinya. (Guntur, 2009).


Dalam menjalankan peran perawat, banyak masyarakat menganggap perempuan lebih fleksibel dalam menjalankan pelayanan dibandingkan dengan laki-laki. Itu terjadi karena beberapa faktor, seperti jumlah perawat laki-laki lebih sedikit atau terbatas dibandingkan perawat perempuan serta lebih banyaknya batasan untuk perawat laki-laki, rata-rata pasien lebih terbuka kepada perawat perempuan dibandingkan dengan perawat laki-laki. Padahal, dalam aturan keperawatan tidak ada yang membedakan perawat berdasarkan jenis kelamin dan tentu pemikiran seperti itu memberikan dampak, seperti beban kerja lebih bertumpu kepada perawat laki-laki karena anggapan perbedaan jenis kelamin, fisik dan sifat antara perempuan yang lebih unggul dibandingkan laki-laki. Dengan demikian, kesetaraan gender tidak sekedar memperbaiki status gender tersbut, melainkan memperjuangkan martabat juga bagi gender tersebut, laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan, hak dan kewajiban yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhrie, O. (2018, Januari 13). cowo kog jadi perawat. Diambil kembali dari  https://kumparan.com/oemar-bakhrie/cowok-kog-jadi-perawat/2


Bhakti , W. (2023, November 8). Ini Dia Fakta Perawat Laki-Laki Yang Wajib Kamu Tahu. Diambil kembali dari https://iik.ac.id/blog/ini-dia-fakta-perawat-laki-laki-yang-wajib-kamu-tahu/


MSCP (n.d.) Promoting Gender-Equity in the Health Workforce. https://mcsprogram.org/our-work/gender/promoting-gender-equity-in-the-health-workforce/


Rahim, H. A. (2021). Diferensiasi peran perawat laki-laki dan perempuan di rsud haji kota makassar (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun