Bau menyengat kotoran kambing yang membuat sesak mulai terasa saat saya baru memasuki area tempat tinggal Pak Misrun Gunarto (51 tahun) yang memang tinggal di sebelah kandang kambing. Untuk sampai ke tempat Pak Misrun tinggal, saya beserta dengan dua teman sekolah SMA dulu harus melewati area persawahan.
Kunjungan kami ke tempat tinggal Pak Misrun atas informasi yang diberikan salah seorang teman alumni SMAN 1 Rangkasbitung dengan maksud ingin mengetahui secara pasti kondisi Pak Misrun saat ini.
Sudah dua tahun Pak Misrun tinggal persis disebelah kandang kambing, dan dengan kondisi yang sangat tidak layak tinggal. Tugasnya mengurus kambing milik kelompok tani dengan sistem bagi hasil, namun sayangnya setelah dua tahun diurus baru menghasilkan dua anak kambing, karena gagal saat proses IB.
Karena sistem bagi hasil maka tidak ada upah yang diterima, sehingga untuk makan sehari-hari mengandalkan pemberian tetangga yang sedang hajat atau menjual ayam yang dipeliharanya.
"Saya ingin bangkit lagi." begitu ujarnya.
Saat kami tanya apa rencana Pak Misrun bila kami bantu untuk menggalang dana, jawabnya ingin memiliki usaha ternak dan menjual ayam kampung sambil tetap mengurus kambing-kambing.
Kemudian saat kami tanya apakah ingin pindah dari kandang kambing ini, dengan pasti Pak Misrun menjawab "iya" dan memberitahukan ada kontrakan yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal dengan biaya sewa Rp. 500.000 per bulan atau Rp. 6.000.000,- per tahun.
Kecintaannya pada ternak membuat Pak Misrun dengan sukacita merawat kambing-kambing ini, bahkan sangat paham dengan kondisi kambing yang diurusnya. Pak Misrun juga kerap melapor ke dinas peternakan bila ada kambing yang sakit.
Untuk membuka usaha tersebut diperlukan biaya yang tidak sedikit, kami memperkirakan modal yang dibutuhkan termasuk sewa tempat di pasar Rp. 30.000.000 untuk sewa kios dan modal usaha.