Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makan Dulu atau Salaman Dulu?

12 November 2013   08:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:17 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_277503" align="aligncenter" width="261" caption="ilustrasi shutterstock.com"][/caption]

Ada suasana berbeda saat kita menghadiri undangan resepsi pernikahan yang dilaksanakan di rumah dengan yang dilaksanakan di gedung. Resepsi yang dilaksanakan dirumah biasanya lebih panjang jam penyelenggaraannya daripada yang dilakukan di gedung, sehingga kita tidak harus terburu-burudan lebih bisa menyesuaikan waktunya. Sedangkan di gedung, waktu penyelenggaraan biasanya hanya 2-3 jam saja, sehingga bila kita datang terlambat, jangan heran bila yang tersisa hanya kursi kosong dan para karyawan yang sedang membersihkan ruangan.

Suasana saat kita menghadiri pesta yang diadakan di rumah dengan di gedung pun berbeda. Bila diadakan di rumah, setelah mengisi buku tamu kita langsung dapat bersalaman memberikan selamat kepada kedua mempelai dan keluarga mempelai. Sedangkan, bila kita datang menghadiri resepsi pernikahan di gedung tepat sesuai waktu yang tercantum di undangan, maka kita harus menunggu kira-kira 15-20 menit hingga mempelai dan keluarganya tiba di tempat resepsi.

Hal menarik yang akan saya ceritakan adalah mengenai berubahnya susunan acara resepsi dan prilaku para tamu untuk resepsi yang diselenggarakan di gedung ini. Dulu, 10 tahun ke belakang, saat mempelai dan keluarganya datang langsung menuju pelaminan dan para tamu yang sudah menunggu dan menyambut hadirnya mempelai langsung dapat menuju pelaminan dan memberikan ucapan selama dan langsung menuju meja hidangan maupun pondokan yang disediakan. Di tengah-tengah acara, baru dilakukan prosesi pemotongan kue pengantin, menyuapi kue kepada orang tua dan atau yang dituakan sebagai penghormatan serta acara wedding kiss, baru kemudian dilakukan acara foto bersaman keluarga maupun teman dan kerabat.

Namun, beberapa tahun belakangan, susunan acara dalam resepsi ini sudah berubah, setelah menunggu mempelai dan keluarganya tiba, para tamu juga diajak menunggu dan mengikuti prosesi potong kue, menyuapi kue, serta wedding kiss, bahkan ada juga yang harus menunggu acara foto mempelai bersama keluarga, setelah itu baru dapat bersalaman dan menikmati hidangan.

Yang menarik dan menjadi perhatian saya adalah saat melihat prilaku para tamu yang sudah memenuhi ruangan adalah saat prosesi diadakan, para tamu sudah antri di pondokan-pondokan makanan tambahan maupun di meja hidangan. Hanya sedikit tamu yang berada di depan dan mengikuti acara prosesi tersebut. Saat dipersilahkan memberi ucapan selamat kepada mempelai, semua sibuk dengan piringnya dan hanya sedikit yang maju ke depan memberi ucapan selamat.

Selain itu, bila dulu mempelai dan orang tua hanya berdiri di pelaminan maka saat ini, kedua mempelai dan orang tua yang akan turun menyalami para tamu yang sedang sibuk dengan makanannya, akibatnya bagi yang belum bersalaman saat hadir tadi atau yang terlambat datang, harus mencari-cari mempelai dan atau kedua orang tua untuk memberikan selamat.

Melihat fenomena ini, terkadang saya berpikir, sebenarnya tujuan para tamu menghadiri resepsi pernikahan ini untuk apa? Bukankah untuk memberikan ucapan selamat kepada mempelai dan kedua orang tua mempelai? Namun kenyataannya terlihat hanya untuk menikmati hidangan utama ataupun pondokan, karena khawatir sekali kehabisan sehingga harus meninggalkan kesempatan memberikan ucapan selamat dan sibuk antri di meja hidangan. Antri dari satu pondokan ke pondokan lain hingga menuju menu hidangan utama, seperti tidak ingin kehilangan momen menikmati sepuasnya. Bahkan ada yang mengambil banyak, hanya dicicipi kemudian dibuang.

Dari mobil yang penuh di halaman parkir, saya yakin para tamu yang hadir bukan orang kekurangan yang tidak pernah mencicipi makanan enak, namun melihat prilaku yang seperti ini bahkan hingga membuang makanan tersisa membuat saya berpikir, apakah ini yang dinamakan sebuah keserakahan dan keegoisan sifat manusia?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun