Oleh: Ari Triono, S.S., MDPP
Pendidikan adalah kunci utama memutus rantai kemiskinan. Itulah yang coba diwujudkan pemerintah melalui program Sekolah Rakyat, sebuah sekolah berasrama gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem yang mulai berjalan tahun ajaran 2025/2026 ini. Program ini juga membuka akses bagi anak-anak penyandang disabilitas dari keluarga kurang mampu, sebuah langkah yang tentu patut diapresiasi.
Namun, sebagai seorang pakar inklusi disabilitas, saya ingin mengajak kita semua melihat lebih dalam: apakah Sekolah Rakyat benar-benar inklusif? Ataukah justru berpotensi menciptakan kesenjangan baru?
Inklusi Disabilitas: Lebih dari Sekadar Kuota
Komisi Nasional Disabilitas (KND Â mengusulkan agar Sekolah Rakyat menetapkan kuota minimal 10% untuk siswa disabilitas, dan ini adalah kabar baik. Seleksi mereka juga dilakukan dengan hati-hati agar kebutuhan tiap individu disabilitas bisa dipenuhi. Bahkan, KND terlibat aktif dalam proses ini.
Tapi inklusi bukan hanya soal angka atau fasilitas fisik. Pendidikan inklusif harus memberikan ruang bagi setiap anak untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Di sinilah konsep Universal Design for Learning (UDL) sangat penting. UDL mendorong sekolah menyediakan berbagai cara belajar, sehingga semua siswa---dengan atau tanpa disabilitas---bisa mengakses materi dan berpartisipasi secara optimal.
Sayangnya, penerapan UDL dan pelatihan guru yang memadai masih menjadi tantangan besar. Tanpa itu, inklusi hanya jadi kata-kata manis tanpa makna nyata.
Baca juga: Hardiknas Bukan Seremonial Belaka: Pendidikan harus Jadi Ruang Aman, Inklusif, dan Berkeadilan
Risiko Segregasi dalam Sekolah Berasrama Khusus
Sekolah Rakyat berkonsep berasrama dan khusus untuk anak miskin ekstrem. Ini berpotensi memisahkan mereka dari anak-anak lain di sekolah reguler yang lebih heterogen secara sosial dan ekonomi. Alih-alih membangun keberagaman dan integrasi sosial, justru bisa muncul segregasi sosial baru.
Bagi anak-anak disabilitas, ini bisa berarti pengalaman sosial yang makin terbatas dan risiko stigmatisasi yang lebih besar. Pendidikan inklusif sejati harusnya mengajarkan kita untuk hidup bersama, menghargai perbedaan, bukan memisahkan.
Guru Inklusif dan Pencegahan Bullying: Kunci Keberhasilan
Kualitas guru sangat menentukan keberhasilan inklusi. Guru di Sekolah Rakyat harus dilatih untuk memahami kebutuhan beragam siswa, menerapkan UDL, dan menciptakan kelas yang ramah bagi semua.