Mohon tunggu...
Indra Nugroho
Indra Nugroho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Err....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Challenging Global Warming as a Social Problem: An Analysis of the Conservative Movement's Counter-Claims

17 Maret 2013   20:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:36 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di awal 1990-an, para ilmuwan sosial memulai banyak penelitian tentang bagaimana kekuatan sosial dan politik yang mampu mengonstruksi pemanasan global sehingga dapat disahkan sebagai problem sosial dan menuntut adanya perbaikan aksi. Pembuat klaim mengenai pemanasan global juga pada akhirnya berbalik kepada media untuk menguatkan pengaruhnya ke publik. Ide-ide mengenai pemanasan globalkemudian dinilai melalui pendekatan ekonomi politik. Dalam berita mengenai pemanasan globaldibahas atau didebatkan secara politik mengenai regulasi dan perjanjian-perjanjian yang ada. Pada saat yang bersamaan juga ada balasan mengenai klaim mulainya pembahasan mengenai biaya dari aksi pemerintahan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangin pemanasan global tersebut. Kita dapat melihat misalnya organisasi pemerintahan dalam menerapkan isu mengenai pemanasan global, didalamnya selain memperdebatkan permasalahan regulasi, juga memperdebatkan masalah pembiayaan atas proyek yang mungkin akan dilaksanakan. Dalam membahas isu pemanasan global, pastinya kita tidak bisa lepas dari media massa.

Berbagai penelitian sosial mengenai pemanasan global yang berorientasi pada problem sosial memproduksi ketidakcukupan pemahaman kepada masyarakat mengenai kontroversi terhadap pemanasan global. Tahap dari pemanasan global sebagai problem juga terdapat pada model arena publik dan bagaimana siklus terhadap atensi isu yang sedang dihadapi. Pemanasan global juga mengkritik mengenai pembangunan yang pada akhirnya mempunyai dampak terhadap keberadaan dari ekosistem manusia itu sendiri. Termasuk juga ketika pemanasan global masuk ke dalam media, secara sistematis mereka gagal untuk memberikan klaim yang seharusnya berada pada konteks historis tententu dari para aktor sosial yang mempunyai pengaruh terhadap proses definisi yang akan ditentukan.

Konstruksi sosial mengenai pemanasan global kemudian dipahami sebagai hal yang “non-problematis”. Banyak pihak yang tidak mempermasalahkan “sesuatu yang melekat dibalik” pemanasan global, misalnya adalah aksi yang menyatakan adanya perbaikan lingkungan. Aksi tersebut nyaris dilakukan tanpa kritik, padahal asumsinya tidak ada yang sempurna. Keberadaan kekuasaan dan perang antara kekuasaanmembuat kadang permasalahan pemanasan globaltidak didekatkan dengan suatu permasalahan. Misalnya bagaimana LSM lingkungan yang dapat dengan mudah dan gencar mengadakan berbagai aksi atas nama lingkungan. Di sini ditekankan bahwa suatu ide itu tidak berdiri sendiri ketika sudah masuk dalam suatu sistem sosial. Kontroversi yang jelas adalah bagaimana isu pemanasan global menjadi sebuah komoditi. Pemanasan globaldipandang bukan hanya menjadi isu lingkungan, tetapi juga ekonomis. Harusnya pemanasan globalmerupakan suatu isu yang harus didekatkan pada problem sosial, maka atensinya bagaimana agar menekankan permasalahan tersebut mendapatkan solusi di kemudian hari. Pendekatanyang melandasi orientasi gerakan lingkungan, berbeda dengan apa yang kita pahami sebagai orientasi atas permasalahan sosial. Misalnya bagaimana pemberdayaan masyarakat tidak hanya dihitung berdasarkan hitungan akutansi atau matematika. Disini, kita harusnya mendekatkan diri pada konteks masyarakat tertentu (misalnya sikap, kebiasaan, dan perilaku) sehingga pendekatakan melalui perubahan sikap adalah dengan menggunakan pendekatan persuasif. Legitimasi mengenai pemanasan global juga pada akhirnya dapat berdampak “menguntungkan” pemerintahan, misalnya korupsi dalam bidang lingkungan.

pendekatan dalam pemberian klaim antara yang berorientasi pada problem sosial dengan gerakan sosial, sangatlah berbeda. Perilaku yang ditampakkan dalam aksi partisipan biasanya dapat ditemukan pada gerakan sosial. Masalah sosial lebih simple dari variasi yang diterapkan oleh gerakan sosial. Misalnya bagaimana kebiasaan merokok menjadi problem sosial, pasti pendekatannya lebih pada bagaimana perubahan perilaku si perokok yang didukung dengan sistem dan stakeholder. Dalam tataran problem sosial, aktor sosial memberikan klaim mengenai merokok (misalnya pemerintahan atau pihak yang merasa dirugikan). Klaim ini sangat melekat dengan kekuatan, karena hanya yang mempunyai kekuatanyang mampu menyatakan klaim. Sedangkan, gerakan sosial lebih kepada bagaimana gerakan anti merokok diterapkan melalui berbagai nilai dan disebarkan, dengan tujuan mendapatkan dukungan yang lebih besar. Troyer (1989) juga menemukan terdapat perbedaan antara orientasi masalah sosial dengan gerakan sosial. Pendekatan dalam gerakan sosial dengan pendekatan konstruksi sosial yang diterapkan dalam masalah sosial menemukan bahwa terdapat perbedaan dalam proses pengonstruksian makna dan interaksi antara pembuat klaim dengan targetnya. Kesimpulannya juga terdapat pada aksi yang kadangkala gegabah dan bagaimana melihat situasi secara cepat.

Saat ini kemungkinan diantara kita, hampir tidak ada yang mempermasalahkan permasalahan pemanasan global yang dibawa oleh para gerakan pecinta lingkungan. Para sosiolog memberikan perhatianterhadap permasalahan tersebut. Gerakan lingkungan dinilai berhasil untuk memobilisasi masa dan melegitimasi aksi yang dilakukan. Pendekatan dekonstruksi diperlukan untuk menilai bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh gerakan pecinta lingkungans. Upaya ini bukan untuk menghujat gerakan para pecinta lingkungan. Tetapi menyadarkan kita semua, bahwa seharusnya permasalahan global warming bukan menjadi “mainan pasar”. Aksi yang dilakukan oleh gerakan pecinta lingkunganmisalnya mengarahkan kita pada suatu aktivitas yang sebenarnya menghegemoni. Aktivitas pecinta lingkungan ini nyaris tanpa kritik dari pihak-pihak lain, sesuai dengan gejala bahwa pemanasan global adalah non problematisasi. Kita mempu melihat bahwa para aktor sosial sangat melekat dengan struktur kekuasaan. Jadi dapatkah kita melihat gerakan pecinta lingkunganberada pada struktur kekuasaan tersebut?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun