Jalan-jalan ke Palembang dan menikmati makanan khas berupa pempek dengan segala variannya merupakan hal yang biasa. Sesekali cobalah kuliner favorit khas kota Palembang lainnya yang tidak kalah nikmat, maknyus dan populer di kalangan masyarakat Palembang yaitu mie celor.
Bukan hanya orang Palembang yang tinggal di Palembang saja yang menggemari mie celor, tetapi juga orang Palembang di perantauan. Banyak di antara mereka yang minta dibawakan mi celor jika ada sanak saudaranya yang kebetulan mudik. Bahkan ketika mereka sendiri mudik, kunjungan ke mie celor seolah menjadi kunjungan wajib.
Mie Celor adalah hidangan mie yang disajikan hangat dalam campuran kuah santan dan kaldu ebi (udang kering), ditambah taoge dan irisan telur rebus, serta ditaburi irisan seledri, daun bawang dan bawang goreng. Kenapa disebut dengan nama mie celor? Karena sebelum disajikan, mie dan taoge terlebih dahulu dicelor atau dicelup-celup alias diendam di air mendidih.
Dari sekian banyak pedagang mie celor di Palembang, salah satu yang terkenal dan sering didatangi masyarakat Palembang dan pendatang adalah rumah makan mie celor di 26 Ilir Palembang. Rumah makannya biasa saja, tidak berbeda dengan rumah makan lainnya. Tapi keunikan dari rumah makan yang dikelola oleh H. Syafei Z ini adalah menunya yang tunggal yaitu mie celor.
Tempatnya tidak terlalu besar dan hanya memuat beberapa meja dan kursi, namun demikian cukup nyaman untuk disinggahi. Tidak mengherankan jika tempat ini ramai dikunjungi. Bahkan konon Alm. Taufik Kiemas setiap kali mudik ke Palembang, beberapa kali mendatangi tempat ini atau setidaknya menyuruh stafnya membeli mie celor H. Syafei.
Ketika saya dan beberapa orang teman ke tempat tersebut pada pagi hari, terlihat rumah makan tersebut mulai ramai didatangi pembeli. Setelah mendapatkan tempat duduk, saya pun segera memesan seporsi mie celor dan minuman berupa teh hangat.
Sekitar 10 menit datanglah makanan yang saya pesan dan dihidangkan ke meja. Selain porsinya yang terlihat besar, tampilan mie celor terlihat sederhana, tidak berbeda dengan mie rebus. Tapi begitu mulai memasukkan sendok ke kuah mie celor, sensansinya segera terasa. Di dalam piring terlihatmie seukuran mie spageti berwarna kuning dalam genangan kuah kental hangat yang juga berwarna kuning dan diselimuti taoge rebus serta ditaburi potongan bawang merah dan seledri. Disamping itu terdapat pula potongan telor rebus yang menyelinap di antara buliran mie.
Nikmatnya mie celor langsung terasa sejak detik pertama mie dan kuah menempel di ujung lidah. Kuahnya yang kental dan gurihnya yang berpadu dengan mie membuat lidah tak henti mengecap.
Kenikmatan terus berlanjut saat saya makin membenamkan sendok ke kuah dan menemukan potongan-potongan otak udang yang terdapat didalamnya. Potongan-potongan otak udang yang diambil dari udang satang (udang yang berukuran besar) dan dimasak bersama kuah di atas kompor yang tidak terlalu panas langsung memuntahkan aroma udang yang menusuk hidung. Rupanya dari sinilah asal usul aroma khas mie celor yang membuat kita tidak sabar lagi untuk segera menuntaskannya.
Perlahan mie yang sudah bercampur dengan taoge dan potongan telor rebus memasuki kerongkongan didorong kuah yang segar dan hangat. Untuk menambah kesegaran, saya menambahkan sedikit sambal yang sejak awal sudah terhidang di atas meja.
Tidak terasa satu porsi berlalu dengan cepatnya. Saking nikmatnya, seorang rekan saya terlihat tidak segan untuk menambah seporsi lagi. Sementara saya dan beberapa rekan lainnya hanya tambah setengah porsi alias seporsi dibagi dua. Ukuran per porsi yang cukup besar membuat saya takut terlalu kenyang jika menyantap mie celor dua porsi sekaligus