Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Andre Onana dan Seni Menghindari "Penghakiman" dari Fans MU

13 September 2025   08:49 Diperbarui: 13 September 2025   08:49 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre Onana di mistar gawang, sumber gambar: Kompas.com

Liga Primer Inggris kembali bergulir akhir pekan ini setelah jeda singkat untuk laga persahabatan antarnegara. Dan di antara semua pertandingan, yang paling ditunggu tentu saja derby Manchester: Setan Merah melawan City.

Bagi kedua tim, laga ini terasa krusial. Sama-sama sudah tiga kali bertanding, sama-sama terjebak di papan tengah. United baru mengemas empat poin, City hanya tiga. Derby kali ini bisa menjadi titik balik atau justru memperparah keterpurukan.

Tapi ada satu kabar yang diam-diam membuat fans Manchester United bisa bernapas lega yaitu Andre Onana tidak akan berdiri di bawah mistar gawang. Pelatih Ruben Amorim akhirnya menemukan "jalan keluar" dengan meminjamkan kiper asal Kamerun itu ke Trabzonspor , Turki.

Bagi suporter Setan Merah, absennya Onana sama artinya dengan sedikit ketenangan batin. Sebab selama Onana menjaga gawang, selama itu pula jantung mereka diuji dengan blunder-blunder konyol yang seakan tak ada habisnya.

Sebelumnya, posisi Onana seperti tak tersentuh. Ia dilindungi habis-habisan oleh Erik Ten Hag, pelatih yang membawanya ke Old Trafford. Wajar saja, sebagai rekrutan pribadi, ia harus dijaga. Tak peduli seberapa keras kritik atau seberapa sering blunder, selalu ada alasan untuk mempertahankannya.

Dan entah kenapa, situasi ini terasa sangat mirip dengan politik di negeri kita. Bedanya, bukan Onana yang sulit "diadili", melainkan seorang mantan pejabat. Seheboh apa pun tuntutan rakyat, seheboh apa pun teriakan di jalanan atau di media sosial, ujung-ujungnya selalu mentok. Sama seperti manajemen MU yang hanya bisa "meminjamkan" Onana, di sini pun langkah paling jauh biasanya sebatas "mengistirahatkan wacana" atau "mengalihkan isu."

Padahal, fans MU sudah lama menunggu momen "adili Onana", persis seperti publik yang menanti "adili pejabat." Tapi apa daya, selalu ada tameng, selalu ada permainan waktu, hingga publik kehabisan napas.

Akhirnya, peminjaman Onana dianggap sebagai kemenangan kecil. Sama halnya dengan rakyat yang kadang dipaksa menerima secuil kebijakan sebagai piala dunia. Padahal, itu hanya serpihan kecil dari perjuangan panjang yang tak kunjung selesai.

"Kita telah melawan, Nak. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya," begitu kira-kira suara seorang ayah yang berusaha menghibur anaknya di tengah kenyataan pahit.

Mungkin doa terbaik saat ini sama seperti doa MU ketika melepas Onana: "Kami ingin mendoakan yang terbaik bagi Andre." Bedanya, di sini, kita tinggal mengganti nama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun